Chapter 12

2.3K 146 1
                                    

Grand Duke berubah pikiran ketika ia melihat bagaimana Vivian gemetar begitu menyedihkan. Ia merasa seolah-olah ia harus menenangkan makhluk malang itu, yang masih gemetar di bawah sentuhan tangannya.

"Aku mengerti. Aku tidak akan membicarakannya."

Wajah Vivian mulai mendapatkan kembali warnanya begitu ia mendengar keputusan Grand Duke. Reaksinya jelas terlihat, bahkan Grand Duke dapat menyadarinya meskipun mata pria itu tidak dapat benar-benar melihat objek yang ada di depannya.

Ketika ia melihat bagaimana Vivian sangat gembira dengan kata-kata yang menyatakan bahwa ia tidak akan mengucapkan sepatah kata pun, Duke lagi-lagi mulai berubah pikiran. Sepertinya ia ingin melihat gadis murni ini mengungkapkan ketidaksetujuannya lebih dari yang ia pikirkan.

"Sebaliknya, bukankah seharusnya ada harga untuk itu?"

"Sebuah harga?"

Grand Duke kemudian menutupi bibir bundar Vivian dengan sempurna. Bahkan sebelum Vivian yang tercengang bisa memikirkan hal lain, Duke telah menyapukan lidahnya ke bibir lembutnya.

Vivian bisa merasakan kekuatan memancar dari tangannya yang membungkus pipinya selagi gadis itu tersentak sensitif pada sentuhan sekecil apapun.

Daripada mencoba menggoda gadis itu lebih jauh, ini terasa seperti pengendalian diri yang langsung ditangkap karena aroma harumnya gadis itu.

"Yang Mulia..."

"Ssst.... Ini belum selesai."

Duke menelan bibir Vivian yang baru saja berhasil menarik diri saat mencoba berbicara dan menyelidiki lebih dalam. Kemudian, Duke segera menyambar lidah Vivian yang kecil dan lembut sebelum mengikatnya erat-erat dengan lidahnya sendiri.

"Eunghh....!"

Sepertinya Grand Duke telah menghilangkan semua akal sehat Vivian karena Vivian tidak bisa lagi memahami seluruh situasi dengan benar.

Tangan Duke ada di semua tempat dengan cara yang tepat, menimbulkan satu pertanyaan, apakah pria ini  benar-benar bisa melihatnya atau tidak.

Tangannya sampai ke garis leher Vivian selagi ia mengelus tulang selangka Vivian yang menonjol. Kemudian, tangannya berpindah ke punggung Vivian sambil menyapu gaun yang garis potongan lehernya ke bawah sesuai dengan preferensi Alexia.

Pinggang Vivian gemetar, ada perasaan aneh saat tangan Duke membelai di sepanjang tulang punggungnya, satu per satu.

"Tunggu.... Uh."

Pikiran Vivian menjadi pucat begitu Duke menggigit telinganya yang sensitif.

Vivian tidak tahu bagaimana harus bereaksi dan ia langsung menutup matanya dengan erat selagi Duke dengan tajam menyerang sensasinya. Desakan lidah Duke yang menginjak-injak telinganya mengalirkan kecabulan.

Vivian tidak bisa lagi menahan, tangannya dengan cepat menarik selimut tepat ketika tangan Duke telah berpindah dari membelai punggungnya ke bawah membelai pantatnya.

Clang!

Keduanya segera berhenti ketika sendok perak jatuh ke lantai membuat keributan. Vivian secara spontan mengangkat nampan yang ada di pahanya selagi ia akhirnya menyadari bahwa benda itu hampir tidak ada di tempatnya.

"Ah......"

Baru setelah itu, wajah Vivian tiba-tiba memerah. Karena ia sekarang sepenuhnya menyadari apa yang telah ia lakukan dengan Grand Duke, Vivian tidak bisa lagi menghadapi pria itu.

"Kurasa buburnya sudah terlalu dingin, jadi kita harus menunda makan ini sebentar lagi."

"Kalau begitu, aku akan menyimpan bubur ini."

Entah bagaimana, Vivian sangat ingin melarikan diri dari tempat ini. Vivian baru saja berhasil mempertahankan mentalitasnya yang bisa patah setiap saat selagi ia menekan topinya.

"Tidak apa-apa, Kau tidak harus melakukannya sendiri."

"Tidak apa-apa. Tidak perlu membebani pelayan dengan hal yang sepele."

Terlebih lagi, Aku tidak ingin ketahuan oleh orang lain di tempat ini, yang penuh dengan nuansa seperti itu.

Grand Duke tiba-tiba tertawa melihat perilaku Vivian yang jelas berbeda.

"Harganya belum ditetapkan, apa kau akan pergi begitu saja?"

"Ini belum selesai?"

Grand Duke dengan tenang berbicara kepada Vivian yang jelas terkejut.

"Lalu, menurutmu apakah mudah untuk menutup mulutku ini?"

"Tapi...."

"Oh itu benar. Akan lebih baik jika kau datang untuk membayar harganya besok. "

Untuk pertama kalinya, Grand Duke menepuk dada dengan ekspresi nakal yang terlukis di wajahnya.

"Jika Aku dibakar di sini, harganya pasti akan naik. Jadi, bukankah lebih baik bagimu untuk memeriksanya? "

"... Aku akan datang besok."

Vivian menanggapi dengan wajah panjang terhadap kata-kata Grand Duke.

Sepertinya resolusinya untuk menyelesaikan tanpa melakukan apa pun kali ini telah hancur menjadi debu dalam sekejap.

Bagaimana aku harus melaporkan ini pada Nona? Vivian sudah mulai memikirkan semua kekhawatirannya.

Sementara Vivian masih bingung dengan suasana Grand Duke yang benar-benar berbeda dari kemarin, ekspresi Grand Duke kemudian dengan cepat kembali ke wajah sedingin es yang biasa.

The Monstrous Grand Duke's Fake LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang