Chapter 21

2.5K 130 0
                                    

WARNING: MENGANDUNG KONTEN 21+


Knox tidak mengambil banyak jeda, sebaliknya ia berusaha membuat Vivian lebih bersemangat. Anehnya, ketika wanita itu menangis sambil memohon dengan manis di bawahnya, tubuh bagian bawah Knox mulai terasa lebih energik sekaligus.

Terlepas dari kenyataan bahwa ia tidak merasa kering, rasa hausnya belum hilang sama sekali. Sudah cukup sering sejak anggotanya ditaburi jus wanita itu dan ia masih menembus lebih jauh ke dalam dirinya dengan polos, seperti seorang anak yang haus dan menginginkan lebih.

"Hah, eungh, uugh, Knox, Knox....!"

Itu tidak pernah cukup, tidak peduli berapa banyak ia telah menggosok dirinya ke dinding bagian dalam wanita itu. Kenikmatan telah mendominasi akal sehatnya, mendorongnya untuk meraih pinggulnya sambil juga mengangkat pantatnya.

Niatnya yang hanya mempedulikan Vivian benar-benar hancur selagi ia dengan paksa mendorong dirinya sendiri dan menembus dalam-dalam menuju batasnya.

Betapa dalam menggodanya wajah Vivian yang memerah baginya. Meskipun ia tahu bahwa wanita itu bahkan hampir tidak bisa bernapas melalui bibirnya pada saat itu, Ia masih mengolesi bibir wanita itu dengan bibirnya sendiri.

Knox memeluk pinggul Vivian erat-erat sambil menelan seluruh bibir kecilnya. Kemudian, lidahnya menembusnya seperti menegaskan dominasi atas bibirnya yang bergerak yang ada di dalam dirinya selagi ia menghancurkannya.

Pinggulnya tidak berhenti bergerak sama sekali. Tidak peduli seberapa banyak tatapan Vivian yang berkedip, namun ia tidak bisa lagi memperhatikannya.

Knox mulai dengan gigih terjun ke wilayah yang telah ia gosok sebelumnya dengan tangannya sendiri.

Aroma wanita itu, yang tercium di bawahnya telah mendominasi seluruh indranya. Meskipun ia tidak bisa melihat dengan jelas, ia masih bisa merasakan Vivian, diri wanita itu sendiri. Terlebih lagi, ia bahkan berpikir untuk menguncinya selagi melakukan hal ini dengannya sepanjang hari.

"Aahhh!"

Tepat pada saat suara indah Vivian pecah, Grand Duke juga mulai mencapai klimaksnya. Selagi ia menggedor lebih keras ke bagian dalam yang masih sedikit kencang, meski sudah terbuka lebar, isakan kecil keluar dari bibir Vivian.

Pria itu telah bergerak begitu kuat sampai-sampai tempat di mana tubuh mereka bersatu pun berkeringat. Kemudian, ia membelai rambut Vivian di tengah geramannya.

Saat Knox menggigit tengkuk Vivian selagi ia kehabisan kesabaran, sesuatu yang panas menyembur ke seluruh bagian dalam tubuh wanita itu. Dan pada saat yang sama, pinggul Vivian telah menekuk hingga batas maksimalnya.

Ketika Vivian tanpa sadar mendapatkan kembali kekuatannya — yang sebelumnya telah hilang — di bagian bawahnya, ia langsung bergerak sendiri selagi mencapai klimaksnya.

Tepat ketika Vivian berpikir bahwa ini akhirnya berakhir, ia langsung melepaskan rangkaian pegangannya yang bahkan nyaris tidak ia pegang. Meskipun ia tahu bahwa pria itu masih keras di dalam dirinya, Vivian tidak tahan lagi.

Segera setelah itu, Vivian kehilangan kesadarannya.

Sudah berapa lama waktu berlalu?

Vivian tiba-tiba merasakan belaian samar namun lembut yang menyentuh tubuhnya.

Siapa ini?

Ia mencoba membuka matanya, tetapi tidak hanya sangat berat, namun juga tidak mudah.

Bukan hanya kelopak matanya saja, tapi juga lengan, tubuhnya dan terutama area yang berada tepat di bawah pinggulnya, yang dibiarkannya dengan sensasi kesemutan, membuat tubuhnya terasa seperti gumpalan kapas yang benar-benar basah dengan air.

Vivian tidak bisa menyadari bahwa tubuhnya terbungkus kain sutra berkilau — tidak seperti selimut biasa.

Sutra?

Tidak ada sutra lembut di antara selimut yang bisa digunakan oleh para pelayan. Kalaupun ada, itu hanya akan menjadi sepotong kain yang kaku. Vivian tiba-tiba membuka matanya begitu ia menyelesaikan pikirannya sejauh ini.

"Kau sudah bangun sekarang?"

Vivian akhirnya menyadari di mana ia berada begitu ia mendengar suara seorang pria. Selain dari ruangan yang terlihat jauh lebih gelap dari saat ia masuk sebelumnya.

"Aduh...."

"Jangan tiba-tiba mencoba bangun. Kita sedikit berlebihan. "

Vivian baru menyadari saat itu bahwa ia masih telanjang bulat, selain fakta bahwa Knox-lah yang terus menepuk punggungnya.

The Monstrous Grand Duke's Fake LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang