Chapter 15

2.2K 141 0
                                    

Vivian lalu duduk di kursi di sebelahnya yang sudah disiapkan sebelumnya seperti biasa. Ia dengan hati-hati membuka tirai, hanya untuk disambut dengan tiba-tiba oleh panas membara yang telah terperangkap di dalamnya.

"Tolong jangan mendekat terlalu dekat."

"Bagaimana aku bisa menjaganya jika aku tidak diizinkan untuk mendekat?"

Selagi mulutnya mengatakan tidak, tangan Vivian sibuk mengambil handuk basah yang sudah disiapkan di sampingnya.

Dokter tersenyum sambil menatap tajam ke arah Vivian, dengan tatapan seperti itu Dokter meninggalkan ruangan bersama Kepala Pelayan — tanpa sepengetahuan wanita itu.

Sama seperti handuk dingin yang menyapu tubuh Grand Duke yang demam, Grand Duke membuka matanya yang telah ditutup sebelumnya. Lalu, Disana — sepasang mata, diwarnai dengan warna merah.

Awalnya, ia hanya menyipitkan matanya untuk melihat Vivian. Hanya setelah ia mengenalinya, ia lalu mengungkapkan kebingungannya.

"... Kenapa kau ada di sini? Aku yakin telah menyuruhmu pergi sebelumnya."

"Itu karena Aku mengkhawatirkanmu, Yang Mulia. Aku tidak segampang itu meninggalkan orang yang sakit begitu saja."

"Ha.... Apakah kau tidak mendengar penjelasannya? Penyakitku menular. Kau tidak akan pernah tahu kapan hal itu dapat membuatmu menjadi sepertiku. Ini benar-benar penyakit yang menakutkan."

"Aku tidak khawatir tentang itu. Bukankah aku sudah mengatakannya sebelumnya? Aku tumbuh tanpa pernah tertular penyakit apa pun."

Vivian berkata dengan acuh tak acuh sebelum mulai mengusap tubuh Grand Duke yang panas. Mungkin karena sentuhan antara handuk basah dan panasnya selagi ia menyeka keringat yang merembes keluar, Grand Duke tampak sedikit gemetar.

"Apa kau tidak pernah berpikir untuk memasuki kamarku semudah ini ketika dihadapkan pada kejadian seperti kemarin?"

"Bukan masalah besar untuk menaklukkan orang yang sakit."

"... Kalau begitu, sepertinya aku tidak bisa menghentikanmu."

Grand Duke akhirnya menutup matanya setelah ia akhirnya mengangkat tangannya dengan kekalahan total atas dedikasi Vivian.

Pada akhirnya, napas pria itu menjadi lebih nyaman sebelum dengan lembut meresap ke udara yang tipis.

"Baiklah, lakukanlah sesukamu. Aku merasa lelah dan akan tidur sekali lagi."

"Tolong jangan hiraukan aku dan semoga kau beristirahat dengan nyaman."

Sebenarnya hal itu juga membuat Vivian menjadi lebih nyaman. Grand Duke mendengus mendengar kata-kata gadis itu sebelum jatuh tertidur lelap.

Sudah berapa lama? Grand Duke perlahan membuka matanya pada udara yang dingin. Mungkin karena keruh, penglihatannya dipenuhi kegelapan dengan semburat kebiruan. Kemudian, ia merasakan aroma yang tak dikenal pada orang yang ada di sebelahnya.

"Ah, apakah kau baru saja bangun?"

"Kau masih di sini... .."

"Aku akan pergi setelah mengganti handuk basah ini."

Vivian dengan cepat menghalangi kata-kata Grand Duke sebelum bangkit dari kursinya.

"Sekarang kau sudah terbangun, aku harus pergi. Kepala pelayan akan segera menyajikan makananmu."

Tatapan Grand Duke mendarat pada sosoknya sendiri. Tubuhnya menjadi lebih ringan sebelum ia tertidur, yang pada akhirnya menunjukkan peningkatan yang cepat. Ia kemudian membelai wajahnya sendiri yang dingin ketika disentuh, berbeda dengan panas yang telah membasahi tubuhnya.

Rasanya cukup dingin.

Tepat pada saat ia merasa demikian, Grand Duke secara tidak sadar mengulurkan tangannya dan langsung menggenggam tangan Vivian.

"Apakah Kau ingin makan bersama?"

Setelah kata-katanya, tatapan Vivian langsung mengarah padanya.

Mungkin itulah masalahnya jika Alexia adalah orang yang berdiri di sini dan bukan Vivian. Apalagi, Vivian harus meminimalkan risiko terungkapnya identitasnya secara tidak terduga.

"Ini sudah larut malam. Biarkan kita melakukannya lain kali saja. "

Grand Duke hanya bisa menatap kosong ke arah Vivian yang sudah bersiap-siap setelah menanggapi sambil terus menekan topinya.


***


"Apakah tidak apa-apa bagi saya untuk pergi sendiri hari ini?"

"Mengapa?"

Alexia tiba-tiba menoleh selagi ia masih memotong kukunya dengan santai. Begitu mata mereka saling terkait, Vivian dengan cepat menundukkan kepalanya.

"Menurut saya tidak perlu menyia-nyiakan seorang pekerja untuk sesuatu yang bahkan tidak membutuhkan dua orang dalam hal yang sama setiap saat. Selain itu, tidak ada yang mengharuskan Nona untuk melakukannya."

Alexia menatap tajam ke arah Vivian yang baru saja menyelesaikan kata-katanya.

Karena kebisuan Alexia berkepanjangan, kepala Vivian secara bersamaan juga menunduk.

Tapi itu tidak berlangsung lama. Seolah sama sekali tidak tertarik, tatapan Alexia langsung kembali ke kukunya.

"Ya, tentu."

Bersama dengan izin Alexia, Vivian pergi tanpa pengawasan ke rumah Grand Duke untuk pertama kalinya.

Amanda menatap Vivian dengan sepasang mata yang mengkhawatirkan dan Vivian menanggapinya dengan senyum lembutnya.

The Monstrous Grand Duke's Fake LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang