[ 2. ] Selasa

459 224 59
                                    

Pikiran Tuhan dan kaca pengelihatan alam semesta.
-Kang Bucin-


Brak!
Seorang guru paruh baya bertubuh gempal memukul meja dengan penggaris legendaris. Nurul, begitulah nama yang tertulis di name tag-nya. "Renjana Bellanca Marona, kenapa kemarin kamu kabur?"

Gadis yang bernama Renjana itu tidak menjawab, dengan entengnya ia malah memutar mata malas. Memang seharusnya Renjana memilih diam ketika diceramahi. Jika saja Renjana nekat menjawab entah makian apa yang ia terima.

"RENJANA! JIKA GURUMU BERTANYA, JAWAB! JANGAN DIAM SAJA!" bentak Bu Nurul.

Tidak ada pilihan lain Renjana mulai mengeluarkan suara. "Jadi begini Bu ceritanya ...."

"KALAU GURUMU BICARA ITU DIAM!" Belum sempat Renjana menjelaskan semuanya Bu Nurul sudah berteriak lagi. Bahkan teriakannya lebih keras dari sebelumnya. Membuat gadis itu makin bingung. Bukan hanya itu saja telinganya pun sampai ikut berdengung.

Dengan wajah datar dahi Renjana mengkerut, ia menaikkan alis, matanya menatap langit-langit gadis itu sungguh tidak peduli dengan semburan yang dikeluarkan Bu Nurul. Serta sanksi yang diterimanya. Merepotkan. Batinnya.

Setelah cukup lama mendengarkan ocehan yang tidak berguna dari Bu Nurul, akhirnya Renjana keluar dari ruang BP. Matanya terpejam, ia mengembuskan napas panjang, dan sepertinya Renjana keluar dengan wajah malas. Energinya terkuras. Ia sudah tidak lagi bersemangat.

"Eh Ren, gimana interogasinya? Kena hukum?" tanya Rion tiba-tiba.

"Kita selamat gak, Ren?" Aiden menyahut.

Dilanjutkan dengan Jaya seraya memegang dahi Renjana. Untuk memastikan apa dia baik-baik saja atau malah terkena demam. "Ren, lo kok pucat gitu? Lo enggak apa-apa?"

Renjana menepis tangan Jaya lalu melirik malas ketiga temannya secara bergantian. Lima belas menit setelah masuk ruang BP gadis berambut pendek itu langsung dihujani pertanyaan oleh temannya Rion, Aiden, dan Wijaya Kusuma. Kepala Renjana pun makin pusing dibuatnya.

"Kyaa kalian perhatian banget sih ... jadi terhura." Wajah Renjana mendadak berubah menjadi sangat imut.

"Hehehe," kekeh ketiganya.

Mata Renjana berkaca-kaca, kedua tangannya menyatu, dan wajahnya memelas. "Tapi kebaikan kalian tersia-siakan kalau tidak membantuku membereskan buku di perpustakaan pulang sekolah nanti--boleh ya?"

"Siap, Nona!" balas ketiganya serempak sambil memberi hormat.

Renjana tersenyum miring, gadis itu berjalan mendahuluinya. "Baiklah! Ayo pergi," katanya dengan suara yang dibuat-buat.

Damian Rion Elvano atau bisa dipanggil Rion, cowok tinggi dengan mata sipit berkulit putih dan beralis tebal. Wajahnya yang tampan membuat cowok itu telah dikenal di penjuru sekolah. Segudang penggemar telah ia simpan. Bahkan kaum introvert pun tahu banyak gosip tentangnya. Akan tetapi teramat disayangkan, ia tidak memanfaatkan wajah tampannya untuk berpacaran.

Selain tampan, Rion termasuk kategori siswa terpintar di kelasnya. Kurang apa coba, Rion? Pintar, baik, tampan, dan rajin. Entah jin apa yang merasuki diri Rion sehingga cowok itu meraih gelar Kutu Buku.

Aiden Guinandra Santosa dengan panggilan Aiden. Pria tertampan nomor dua dari deretan most wanted SMA Andromeda sekaligus wakil ketua dari geng Beastars. Sebuah geng yang dipenuhi oleh cowok-cowok tampan nan menawan bak pangeran negeri dongeng. Namun tak seorang pun yang dapat menjejakkan kaki di markas mereka.

Terakhir adalah Wijaya Kusuma sosok pria tampan yang hobi tebar pesona. Membuat para kaum hawa senantiasa mengidam-idamkannya dan jantungnya seakan berhenti berdetak ketika melihat Jaya berjalan. Terutama lirikan matanya begitu cetar membahana bagi siapa saja yang menatapnya. Dia selalu mengenakan kaus hitam berbalut kemeja sekolah.

Psychopath vs Guru Anti-mainstream [✔️END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang