[ 16. ] Rabu

182 114 16
                                    

Sebuah kesempatan yang datang bersamaan sebelum pikiran menciptakan kesadaran yang sulit.
-Kang Bucin-

Kemarin

"Neng?"

"Pak Karim?"

"Neng Aren kan?"

Renjana memicingkan mata. Aren? Apa maksudnya? "Maaf bapak salah orang," kata Renjana lantaran meninggalkan Karim begitu saja.

Seketika senyum Karim langsung pudar, dia tak menyangka kalau Renjana bukan sosok yang dicari. Di sisi lain Karim yakin Renjana lah sosok yang ia temukan kala meringkuk lemas di depan tokonya. Jika benar begitu lantas mengapa ia berpaling?

Karim juga menyesal telah menyebutkan nama Aren di depan Renjana. Membuat gadis itu kebingungan dan akhirnya pergi. Karim sangat yakin kalau dialah yang Karim tolong waktu itu. Dia berharap kalau Renjana kembali untuk kedua kali.

Gadis itu telah sampai di markas rahasia milik Blue Arcade. Untungnya gadis itu tidak lupa letak markas Blue Arcade. Sebab dulunya Renjana pernah diajak Rion datang ke mari. Dulu sebelum Renjana menjadi anggota resmi Beastars. Sekarang gadis itu menjadi joker Beastars dari kontrak hingga permanen.

Sebelum aksi mendobrak pintu ia mulai terlebih dahulu Renjana menarik napas dalam-dalam. Baru pertama kali Renjana memasuki area musuh seorang diri. Lebih lagi dia perempuan. Tapi apa boleh dia harus membalaskan dendam Erlangga

Brak!
Renjana membuka bukan menendang pintu dengan keras hingga kumpulan cowok tengah asyik bercanda ria mendadak terhenti. Sorot mata mereka tertuju pada Renjana tengah diselimuti amarah. Bahkan dari pandangan matanya terlihat kalau Renjana berapi-api.

"RICK! GUE PEN KETEMU AMA LO!" teriak Renjana seisi ruangan ternganga.

Rick memunculkan batang hidungnya, dia berjalan mengarah ke Renjana sambil tersenyum miring. "Senja berdarah SMA Andromeda."

Renjana mencengkram kuat kemeja Rick. Amarahnya mulai mendidih. "Gue mau ngajak by one ama lo!" tukas Renjana.

"So, ini pasti gara-gara orang yang ngelindungin lo waktu itu kan?" tanya Rick nampak santai.

"Bukan urusan lo! Malam hari. Gue tunggu tiga hari lagi di tempat biasa kita tawuran!" Renjana mendorong Rick hingga tubuhnya mundur beberapa langkah, keseimbangannya goyah, dan nyaris terjatuh. Sebelum benar-benar angkat kaki Renjana melirik sinis Rick lalu menjauh.

Rick menarik ujung bibir. "Gue akan bikin lo menderita, Ren."

***

Hari ini

"Bang Er! Gue bawain makanan kesukaan lo nih!" Tak ada angin tak ada hujan, tiba-tiba Estiana muncul dari balik pintu membawa sebuah rantang bertingkat tiga.

Erlangga tersimpul lalu pandangan matanya mengarah pada Kinan. Awalnya Esti agak kaget dengan kedatangan Kinan. Gadis itu heran bisa-bisanya orang seperti Erlangga menyukai perempuan yang tipenya biasa-biasa saja. Kurang menarik di matanya. Terlebih lagi wajah polos Kinan membuat Esti makin gemas dan ingin menamparnya.

"Terima kasih, Es. Saya barusan makan soalnya dia yang mengantar makanan buat saya," ujar Erlangga sembari pandangannya tak lepas dari Kinan.

"Kalau gitu buat nanti siang ya, Bang?"

Erlangga menggeleng. "Maaf, Es. Tapi Kinan sudah mempersiapkan ini untuk jatah makan siang."

Mendengar abangnya berkata seperti itu Esti tersenyum miris. Penolakan yang cukup membuat gadis berseragam putih abu-abu dengan jaket biru itu murung sekaligus mendidihkan darahnya. Hati Esti terluka padahal gadis itu susah payah memasak menu kesukaan Erlangga kemarin malam. Sampai rela begadang semalaman.

Psychopath vs Guru Anti-mainstream [✔️END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang