They don't know what's wrong with me
And I'm too shy to say
-Nikka Costa-
Setahun kemudianSetahun sudah Renjana telah resmi menjadi anak sambung Karim. Kini dia menjadi angkatan tahun kedua. Semenjak saat itu Renjana tidak pernah menginjakkan kaki di rumah aslinya lagi. Dia benar-benar tidak peduli dengan keadaan Indra di sana juga rumahnya yang penuh kenangan. Ia telah sepenuhnya melupakannya.
Tiap pagi Renjana senantiasa membantu Karim untuk berjualan sebagai gantinya Karim memenuhi semua kebutuhan Renjana. Termasuk membayar SPP dan biaya sekolah yang lain. Gadis itu nampak menikmati hidupnya yang sekarang. Begitu damai tak ada teriakan serta pecahan barang nan senantiasa mendengung di telinganya. Juga Renjana mulai membaur dengan teman sekelasnya.
Ketika pulang sekolah, Renjana jadi jarang mengunjungi tempat favoritnya. Sebab gadis itu telah menemukan tempat yang layak huni. Dia tidak lagi menjadi penjaga pantai seperti kala itu. Namun, Renjana tak pernah lupa jika pantai tempat ia singgah penuh dengan memori duka yang melebur menjadi ingatan dalam kenangan. Sesekali Renjana merasakan sentuhan spiritual dari alam yang mengikat jiwanya. Setelah itu dia pulang ke toko Karim.
"Neng, enggak sarapan?" tanya Karim pada Renjana.
Renjana terserentak. separuh jiwanya telah kembali ke bumi. Sedari tadi gadis berambut pendek itu terus melamun sambil bertinggung di depan etalase. "E-eh i-iya, Pak. Nanti Renjana sarapan kok."
Karim duduk di samping Renjana. "Neng Ren mikirin apa sih? Mikirin Mas Erlangga ya?"
Gadis itu terbahak. "Ih! Bapak bisa aja!"
"Mas Erlangga jadi jarang main ke sini ya, Neng?"
Renjana mengangguk lemah. "Bapak benar juga sih."
"Kenapa loh, Neng? Apa kalian berantem ya? Kayak orang pacaran di sinetron-sinetron itu."
Renjana menyenggol lengan Karim. "Bapak ini ada-ada saja. Renjana sama Erlangga enggak ada hubungan apa-apa, Pak. Kami hanya sebatas guru dan murid."
Karim memayunkan bibir lalu berdeham. "Guru dan murid kok saling perhatian."
"Entahlah, Pak. Akhir-akhir ini Renjana tak sedekat dulu dengan Erlangga. Mungkin dia sibuk dan sekarang Erlangga tidak mengajar di kelas Renjana."
"Kok bisa, Neng?"
"Iya, Pak. Soalnya dibagi tugas sama guru kewarganegaraan yang lain dan Erlangga mendapat bagian di kelas 10."
"Nah kan Neng Ren ketahuan. Neng menurut Bapak kalau Eneng suka sama Mas Erlangga lebih baik diseriusin aja hubungannya--"
Renjana menyela. "Tapi maaf, Pak. Renjana tidak semudah itu memberikan hati pada orang yang baru datang ke kehidupan Renjana. Renjana juga takut kasih sayang bukannya menyatukan tapi malah menghancurkan. Seperti kejadian yang dulu-dulu, Renjana trauma."
"Neng, menjalin hubungan suatu itu bukan semata-mata karena maksud tertentu. Akan tetapi saling menjaga komitmen antara satu sama lain. Sebebas apapun kalian, sejauh apapun jarak diantara kalian tapi kalau sudah terpatri rasa percaya kalian akan disatukan kembali."
"Jadi yang harus Renjana lakukan adalah …."
"Boleh mencintai manusia namun jangan lupakan Tuhan dan jangan lupakan kekuatan doa yang bisa mempertemukan kalian suatu saat nanti."
Renjana termenung. Gadis itu mencoba memaknai kalimat Karim dengan perasaannya. Jika dirasa ada benarnya juga. Namun di lain sisi cinta tanpa kecerdasan tidak seimbang begitu pula kecerdasan tanpa cinta. Ah, seandainya mempelajari cinta sama dengan mendalami materi seni budaya pasti tidak akan serumit ini. Bahkan lebih rumit dari persoalan matematika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Psychopath vs Guru Anti-mainstream [✔️END]
Novela Juvenil"Semua manusia itu baik, kadang kala kita perlu satu individu yang tepat untuk merubah kita menjadi lebih bijaksana." Psychopath tak selalu tentang manusia yang haus darah atau permainan pisau. Psychopath juga tidak melulu tentang unsur kekerasan at...