Alam semesta ini telah mengasuh kita dari milenia ke milenia. Membimbing setiap orang sebagai pribadi yang menuntun kita pada masa-masa terbesar dalam kehidupan kita.
-Kang Bucin-
Hari ini adalah saat keberangkatan Erlangga dengan para rekan yang baru ditemuinya. Tak lupa ada Esti di sana. Semeru menjadi tempat yang akan Erlangga kunjungi setelah penatnya bergelut di dunia nyata. Memang setiap manusia membutuhkan satu hari libur untuk mengistirahatkan diri dari setiap masalah yang bertandang tanpa henti.Semuanya telah siap dengan peralatan mendaki masing-masing. Esti bahkan mengajak dua orang teman termasuk pacarnya ikut bergabung bersama tim Argani. Mereka telah menyiapkan uang lima belas ribu rupiah per orang untuk tiket masuk basecamp dan sepuluh ribu rupiah untuk simaksi.
Fasilitas yang disediakan pihak pengelola ada tempat parkir, musala, kamar mandi, tempat istirahat, dan lainnya. Biaya yang mereka tanggung sebenarnya lebih dari pantas untuk yang akan mereka dapatkan.
"Semuanya, jangan lupa baju angetnya yang banyak, kali-kali nanti 'kan dingin, kita bisa sama-sama saling back up. Siapin snack buat dua hari, kacamata hitam, sama Betadine. Sandal sama sepatu juga jangan lupa, kalo capek ngomong ya," ucap Argani yang menjadi pimpinan rombongan untuk hari ini, memeringatkan kembali apa telah ia sampaikan di kafe tempo hari.
Gunung Semeru menawarkan keindahan yang tidak akan pernah bisa dilupakan.
Mereka berangkat tengah malam sambil memikul carrier yang berat dan doa senantiasa terpatri di dalam hati. Berharap alam dan Tuhan merestui perjalanan ini.
Perjalanan dimulai dari alun-alun Malang menggunakan mobil Suzuki Cherry melalui Kedungrejo dan baru sampai di Poncokusumo dua jam kemudian. Sebagian besar tim Argani berasal dari sana, mengarahkan mereka hingga ke basecamp.
Setelah satu jam menempuh perjalanan dari Poncokusumo, akhirnya mereka sampai di basecamp pukul tiga dini hari dan mengistirahatkan diri di sana. Barulah pukul sembilan lewat lima belas menit, mereka melanjutkan pendakian.
Perjalanan ini semakin lama semakin menanjak tentunya. Air minum sudah mulai berkurang. Untuk sampai ke Pos memakan waktu hingga empat jam. Di sini pula Erlangga dan teman-teman beristirahat sebentar.
"Gimana rasanya, Es?" tanya Erlangga yang tahu jika adiknya itu mulai kelelahan.
Tidak seperti Erlangga, Esti pengetahuan lebih mengenai pendakian sangatlah sedikit. Sebab cewek itu tidak memiliki minat mendaki gunung. Setiap kali kakaknya ingin mendaki, Esti lebih memilih menginap bersama temannya. Namun entah mengapa Esti begitu antusias mengikuti abangnya ke sini. Padahal jalur pendakian di gunung Semeru membutuhkan tenaga ekstra.
"Bang, kalo gue pingsan tolong gendong ya," ucap Esti yang mengeluarkan banyak keringat dan sedikit pucat.
"Sip! Sekalian ntar gue masukin jurang nanti! Hahaha …," cela Erlangga bersama tawa jahatnya.
Esti langsung mengerucutkan bibirnya. Dia memukul lengan Erlangga. "Ih! Lo jahat banget sih bang!"
"Semangat dong, Es! Masa kamu engga mau foto ala-ala seleb di atas puncak Semeru? Sumpah, rugi loh nanti," sahut Argani memberikan semangat.
Di setiap lelah, selalu saja ada yang bilang, "Semangat! Sedikit lagi!" Padahal masih sangat jauh, tapi kata itu seakan menjadi mantra yang membuat perjalanan menjadi lebih mudah dan menyenangkan.
Dieng, rekan komunitas Argani, selalu bercerita tentang pengalamannya mendaki gunung sehingga perjalanan terasa menyenangkan. Canda tawa selalu hinggap di antara mereka, menikmati keindahan alam yang Sang Pencipta telah hamparkan untuk mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Psychopath vs Guru Anti-mainstream [✔️END]
Teen Fiction"Semua manusia itu baik, kadang kala kita perlu satu individu yang tepat untuk merubah kita menjadi lebih bijaksana." Psychopath tak selalu tentang manusia yang haus darah atau permainan pisau. Psychopath juga tidak melulu tentang unsur kekerasan at...