[ 23. ] Rabu

172 108 15
                                    

Sistem-siatem besar saling baur dalam porsinya.
-Kang Bucin-


"Awas-awas pembunuh datang …."
"Jaga bicara lo! Atau lo akan disiksa olehnya!"
"Emang udah gila tuh orang!"
"Iya sih! Keknya dia masih junior deh."
"Junior aja sok-sokan!"

Setiap Renjana melangkah, ia terheran mengapa mereka berbisik-bisik? Lebih lagi pandangan tak mengenakkan pun dilontarkan padanya. Apa salah Renjana? Bukan hanya itu, malahan saat dirinya tengah melangkahkan kakinya di gerbang seluruh siswa menatapnya tajam sekaligus berdesas-desus.

Masih bingung dengan segala ujaran kebencian yang mengiringi langkahnya, alhasil Renjana memilih mengabaikannya. Sia-sia mengurusi manusia yang minim akhlaknya.  Lagipula dia juga sudah biasa dibenci. Tak seperti wanita-wanita lain yang jika dibenci oleh satu orang langsung menyebarkan status di media sosial atau main sindir-sindiran. Begitu kah cara meminta maaf yang benar? Dirasa tidak.

Di sisi lain Renjana bingung kenapa semua orang membicarakannya? Bukan hanya di gerbang saja melainkan setiap jalan setapaknya, gadis itu selalu mendapat gunjingan dari seluruh siswa. 

"Dasar pembunuh!"
"Lo gak pantas sekolah di sini!"
"Malu-maluin kita aja!"
"Gue ragu jangan-jangan dia yang membunuh teman kita, Ainin."

Renjana yang mendengar itu semua pun tergagap. Berkali-kali ia bertanya dalam dirinya. Sebenarnya apa salah gue ke mereka? Yang dia ingat, Renjana tidak pernah berbuat sesuatu yang menjelek-jelekkan mereka.

Kecuali satu. Apa mungkin kejadian waktu di kelas debat kemarin ya? Tidak-tidak pasti salah besar. Tidak mungkin hanya karena menghindari tes dengan alasan ada keperluan secara mendadak beritanya langsung tersebar seantero sekolah.

Mustahil.

Lagipula seorang Renjana jarang dan hampir enggan malah melakukan hal serendah itu di hadapan manusia. Hanya karena masalah kecil lalu dibesar-besarkan. Ya, sama seperti kejadian senior melabrak junior. Perihal lelaki yang tidak bertanggung jawab saja sampai dibawa-bawa ke medan perkelahian. Atau bahkan lebih buruk.

Sesampainya di kelas. Tiba-tiba Irinee datang menghampiri Renjana dengan wajah menantang serta berkacak pinggang. Gadis hedon bergaya barat itu menarik kerah kemeja Renjana. Gadis berambut pendek itu nampak biasa saja. Datar. Dia tidak menunjukkan muka panik atau ketakutan.

"HEH ABNORMAL! LO HABIS BUNUH ORANG YA?!"

Renjana mencerna kembali kalimat Irinee barusan. Dia berpikir sejenak kemudian menggeleng. Renjana sama sekali tidak mengerti dengan perkataan Irinee. "Gue gak ngerti maksud lo."

"Ya elah pake pura-pura bego segala!" Irinee mendorong Renjana kuat-kuat hingga gadis itu mundur beberapa langkah.

Masih dengan wajah datar tanpa ekspresi. Renjana menatap Irinee sinis. "Well?"

"Mulai sekarang lo gak usah masuk kelas kita lagi!" usir Irinee.

"Oh ya?" Tak banyak bicara gadis itu langsung menerobos masuk melewati Irinee.

Irinee menekuk bibir, mengernyitkan dahi, dan berdecak sebal. Gadis hedon bergaya barat itu nampak kesal dengan Renjana. Dia sama sekali tak mendengarkan ucapannya dan menyelonong masuk begitu saja.

Gerakan Renjana tiba-tiba terhenti. Ia melihat seluruh teman sekelasnya mengerubungi bangkunya yang terletak di pojok belakang samping jendela. Renjana menatap mereka datar sama sekali tak ada rasa takut atau cemas yang menyelimuti dirinya.

"Woi, woi ada orangnya!" ucap Adit saat tahu Renjana berdiri di belakangnya sambil bersedekap.

Sontak seluruh temannya berpencar. Kembali duduk di bangkunya masing-masing. Mengalihkan pandangan dengan melanjutkan aktivitas seolah tak terjadi apa-apa. Sedangkan Renjana mengendikkan bahu. Gadis itu benar-benar tidak peduli dengan sikap aneh para temannya.

Psychopath vs Guru Anti-mainstream [✔️END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang