[ 22. ] Selasa

188 117 20
                                    

Meski semua makhluk hidup di balik cadar ilusi, beberapa memperlihatkan ambivalensi.
-Kang Bucin-


Kemarin

Setelah pertemuannya dengan Erlangga. Tanpa pikir panjang Renjana langsung mengundurkan diri dari kelas debat. Bukannya menjadi pengecut, hanya saja dia tidak mau mengalami mimpi buruk lagi karena guru anti-mainstream yang satu ini.

"Aku keluar dari sini," katanya dingin sambil berjalan ke luar.

Fatimah, Mel, Sintya, dan Mey langsung terserentak. Mereka saling memandang. Padahal tes yang dilakukan belum usai.  Gadis itu sudah lebih dulu berpamitan.

"Loh Ren? Padahal kan belum selesai?" cegah Fatimah.

"Mending cari pengganti lain aja … aku ada urusan mendadak soalnya." Gadis itu mencoba mencari alasan.

"Kalau mau ganti hari enggak papa kok, Dek." sahut Mey.

Renjana menoleh pada seniornya. Dia melepaskan senyum simpul pada mereka sebagai tanda perpisahan sekaligus tanda terima kasih. "Daripada di lain hari nanti ngerepotin mending jangan. Terima kasih. Dan buat Fatimah makasih udah ngajak gue mampir ke sini. Sorry gue gak bisa join dulu."

Fatimah mengangguk kikuk. "I-iya Ren."

"Untuk kakak sekalian maafin Renjana udah ngecewain kalian juga terima kasih sudah mengundang Renjana di sini. Kelasnya bersih," sambung Renjana.

Lalu gadis itu melangkahkan kakinya keluar kelas. Renjana sengaja melakukan ini sebab ada maksud tersendiri untuk tidak berurusan lagi dengan orang yang selalu mengejarnya. Ah, andai dia tahu perasaan Renjana saat ini.

Sementara Erlangga diam-diam tertawa melihat tingkah Renjana yang sedikit aneh akhir-akhir ini. Kalau dirasa memang benar ada yang aneh dengan Renjana. Dirinya yang ansos, sedikit bicara kecuali dengan anggota Beastars mendadak banyak bicara. Malahan dia mempunyai seorang teman yang kaya raya namun merendah di depan. Bukan merendah untuk meroket.

***

Hari ini

Renjana berdiri di ambang pintu kelas 11 IPA 3. Gadis itu celingak-celinguk mencari seseorang. Pandangannya terhalang saat seorang cewek berambut ponytail berkacamata bersedekap lalu menyandarkan tubuhnya di samping pintu.

"Cari siapa?" kata cewek itu dengan wajah datar sedikit songong.

"Atmariani Keshwari, ada?" balas Renjana tak kalah datar sambil pura-pura bego.

Mata cewek itu mengekor ke belakang sekilas. "Ada kok. Barusan keluar dia."

"Sendiri?" Renjana memastikan.

"Iya."

"Ya udah terima kasih."

Renjana lalu beranjak. Berkeliling sekitar sekolah. Masih tetap idak menemukan tanda-tanda orang yang ia cari. Sudah tiga kali ia memutari seisi sekolah namun orang yang Renjana cari tidak mau memunculkan batang hidungnya.

Gadis berambut pendek itu nyaris menyerah. Hingga ia kembali ke kelas sebentar. Mengambil buku yang ia pinjam kemarin lalu berniat ke lapangan belakang untuk membaca.

Di tengah perjalanan, gadis itu bertemu dengan Jaya tengah sendiri. Sementara Renjana terheran. Dia mengangkat sebelah alis. Dalam hatinya gadis itu berkata. Tumben banget itu cowok jalan sendiri? Biasanya full para kimcil SMA Andromeda.

"Jaya!" sapa Renjana.

Mata Jaya langsung berhenti pada satu titik. Yaitu Renjana. Cowok ganteng tapi playboy itu melambai-lambaikan tangannya. "Eh, Ren!"

Psychopath vs Guru Anti-mainstream [✔️END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang