[ 10. ] Kamis

215 131 22
                                    

Hukum hanya bisa diterapkan ketika semua subjektivitas manusia sengaja ditiadakan. Dengan kata lain kebahagiaan manusia tergantung pada hasil putaran dadu.
-Kang Bucin-

Kemarin

"Iiihhhh kok gue kesel banget ya ama Guru Muda itu!" oceh Renjana pada dirinya sendiri.

Renjana terlihat begitu kesal. Lihat saja bibir ditekuk, alis mengkerut, dan lirikan yang gelap juga kelam. Bagaimana tidak? Akibat ulah Erlangga tadi Renjana jadi berurusan dengan omong kosong Bu Nurul. Malah Bu Nurul memarahinya nyaris tanpa jeda. Membuat Renjana mengantuk dan bosan.

Alhasil dia bolos kelas lagi. Ya memang Renjana hobinya mangkir di setiap pelajaran. Malah dia sering kena tegur dan kena hukum dijemur di lapangan oleh guru bahasa Inggris wajib, Mam Titis. Entah nilai berapa yang ia peroleh dari Mam Titis, beruntung sekolahnya lebih mementingkan nilai akademi dibanding nilai sikap.

Dia terpaksa berjalan ke kamar mandi untuk sekedar mencuci muka, menghilangkan rasa kantuknya sehabis diomelin Bu Nurul tadi. Sekalian mangkir ke kantin membeli sarapan. Tenaga Renjana habis seketika setelah kejadian yang menimpanya pagi ini.

Setibanya di wastafel, Renjana mulai mencuci muka dengan air mengalir. Dalam ingatannya terus berputar tentang aksi tabrak lari yang dilakukan Renjana. Cewek itu menggeleng cepat. Berharap ingatan di kepalanya segera hilang diterpa kenangan bagaikan debu yang berterbangan.

"Heh! Sini lo!"

Renjana tertegun saat gendang telinganya menerima suara begitu keras. Dari cermin dia bisa melihat kalau dua orang senior yang menabraknya waktu itu tengah menyeret seseorang. Wajah itu, sepertinya Renjana tidak asing. Seorang gadis kepang dua, memakai kacamata bulat, serta gigi berbehel.

Mata Renjana seketika membulat, mulutnya terbuka, gadis itu ditarik paksa oleh Jemica dan Eminem. Dia ketakutan, pasrah, mencoba berontak namun gagal. Cengkraman mereka terlalu kuat. Secara refleks hati kecil Renjana bergerak agar menolongnya.

"Woi! Lepasin dia!" seru Renjana.

Jemica dan Eminem serempak menoleh ke arah Renjana. Mereka tersenyum miring sambil memicingkan mata.

"Lo lagi lo lagi," kata Jemica seraya berkacak pinggang.

"Berani lo ama kita?" sahut Eminem

Renjana menatap keduanya datar tanpa ekspresi. Kemudian gadis berambut pendek itu maju beberapa langkah. "Gue kan udah bilang emang lo siapa? Tuhan? Dewa? Bokap gue? Gak kan?"

"Kurang ajar!" cela Jemica.

"Well, well, well …." Renjana berjalan ke arah Jemica dan Eminem bersama tatapannya yang kosong, dingin, serta gelap. Dia lalu menyambar seragam Jemica dengan bengis.

Sementara Jemica gemetaran, jantungnya berdegup kencang, dan napasnya tak beraturan. "Emi!" seru Jemica pada Eminem.

Sesegera mungkin Eminem mengambil ember berisi air bekas pel di dekatnya lantaran disiramkan air kotor itu tepat di rambut Renjana. "LO JANGAN SOK-SOKAN YA JADI JUNIOR!" bentak Eminem.

Lagi-lagi seragamnya basah karena air pel. Agaknya dia harus mencuci rambutnya untuk kesekian kali. Gadis itu makin murka dibuatnya. Dia merenggut ember yang Eminem pegang terus dibuangnya ke sembarang arah dengan kasar.

Prank!
Tanpa basa-basi Renjana merenggut seragam Eminem dengan beringas. Sontak tubuh Eminem langsung bergetar hebat, denyut nadinya bergerak tak beraturan, dan mengeluarkan keringat dingin. Dia tidak berani menatap Renjana. Mata yang dingin, gelap, kosong, dan tak berperasaan.

Psychopath vs Guru Anti-mainstream [✔️END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang