[ 7. ] Senin

235 139 14
                                    

Pikiran adalah materi yang tak terduga, tidak penting, dan tidak ada hubungannya dengan materi. Hanya sebuah penyakit materi.
-Kang Bucin-


Pagi ini para siswa berkerumun mengelilingi papan pengumuman, berebut, saling dorong mendorong supaya mendapatkan berita terupdate yang sempat menggemparkan seluruh sekolah. Sampai jalan pun ikut terpotong membuat siapapun yang melintas jadi berputar arah. Ada juga yang berhenti sejenak mengikut sertakan diri mereka mengerumuni papan bulletin yang tidak berdosa.

Bukannya bersiap untuk berangkat upacara bendera, para siswa itu malah asyik menikmati berita terhangat yang keluar hari ini. Menjelajahi kata demi kata yang tertera di sana serta mencerna kalimatnya dengan beragam opini yang diterima. Menyesuaikan perkata lalu membombardir pembaca untuk ikut dalam arus mereka.

[Saatnya pelajaran pertama dimulai]
[It's started to begin the first lesson]

Tatkala bel legendaris yang dapat memicu mental illnes itu mulai berdentang ke penjuru kelas, semua siswa langsung berbaris menuju lapangan. Papan pengumuman pun akhirnya sepi pengunjung. Tak seramai tadi. Jalanan yang menghalangi koridor pun sepi. Ada beberapa siswa saja yang membangkang atau menunggu teguran guru.

Ada kalanya manusia saling mengikuti arus, ada kalanya pula manusia melawan arus. Seperti siswi yang satu ini. Renjana. Agaknya cewek itu sedang sibuk mondar-mandir mencari tempat persembunyian.

Tak kapok-kapoknya Renjana melanggar peraturan sekolah. Tadi setelah bel berbunyi lima belas menit kemudian, dengan santainya Renjana tiba lalu meminta dibukakan gerbangnya pada satpam. Dapat hukuman? Tentu saja. Dimarahi Bu Nurul selaku guru BP? Sudah biasa.

Untungnya Renjana berhasil melarikan diri jika tidak bisa saja dia dijemur di lapangan dengan barisan paling depan. Memalukan juga merepotkan seandainya sosoknya berdiri di sana. Disaksikan siswa kelas sebelas dan dua belas serta para dewan guru lainnya. Yang paling menyusahkan lagi gunjingan dari kakak kelas.

Setelah tawaf mengelilingi gedung sekolah, akhirnya Renjana menemukan persembunyian yang pas. Tentu saja kamar mandi. Ya, Renjana bersembunyi di salah satu WC wanita. Sekarang tinggal menunggu sekolah sepi tidak ada siapa-siapa.

Lengang sejenak. Dengan hati-hati sambil memasang intuisi tinggi Renjana mengendap-endap keluar. Memerhatikan sekitar sekiranya sudah aman Renjana langsung berjalan gontai ke arah kelas.

Setibanya di papan pengumuman langkah Renjana terhenti. Gerakan kepalanya menoleh pada lembaran kertas berisi tulisan yang terpajang di papan hijau itu. Renjana mulai menelaah perkata. Matanya membesar seketika, mulutnya terbuka, dan tubuhnya sedikit bergetar.

"Oh my God seriously?" ucap Renjana pada dirinya sendiri. Cewek itu tertawa kecil.

Dia sungguh tidak percaya apa yang barusan ia baca di papan bulletin. Entah benar atau tidak, sepertinya Renjana tertarik untuk menyelidiki penulis sejati yang berani menyebarkan berita ini. Mungkin dia akan mengikat kontrak lalu bekerja sama.

Di kelas, Renjana menyambungkan kabel earphone dengan walkman-nya lalu melipat tangan di atas meja. Dirinya terasa damai ketika kelas tengah sunyi manalagi ketika musik favoritnya mengiringi setiap suasana dalam kenikmatannya. Tak ada suara berisik dari rekan kelasnya dan obrolan yang tidak berfaedah. Sambil terus memikirkan siapa orang yang menulis di papan bulletin.

Setengah jam berselang, sebagaian siswa yang melaksanakan upacara tadi mulai memasuki kelas sebagain lagi menghilangkan dahaga dengan membeli minum di kantin. Renjana sengaja melepas earphone demi mendengar berita terhangat yang akan dibahas sebentar lagi.

"Kok gue kesel banget ya sama Bu Kinan?" kata Annette sebagai pembuka yang lewat di samping Renjana.

"Tapi mereka berdua cocok gak sih?" balas anak di belakangnya.

Psychopath vs Guru Anti-mainstream [✔️END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang