[ 19. ] Sabtu

162 103 10
                                    

Spiritual mampu membentuk jenis pikiran kekuatan imajinasi dengan cara pemusatan perhatian yang kuat dan visualisasi.
-Kang Bucin-


Renjana memaksa matanya agar terbuka. Gadis itu terkejut ketika mendapati dirinya sedang berada di ruangan yang berbeda. Saat ini gadis itu berasa di markas Beastars. Entah bagaimana caranya dia bisa ada di sini, yang Renjana ingat ketika ia memukuli Rick tanpa jeda setelah itu dia tidak ingat apa-apa. Renjana terduduk. Kepalanya terasa begitu berat

"Kok bisa gue ada di sini?" tanya Renjana pada dirinya sendiri.

Tiba-tiba seseorang membuka pintu. Ah ternyata itu Rion. Di tangan cowok pintar itu terdapat tongkat besi milik Renjana yang sudah berubah menjadi sebesar ibu jari.

"Syukurlah lo sadar juga," kata Rion sambil melemparkan pocket staff itu pada Renjana.

Dengan enteng Renjana menangkap pocket staff itu lalu dimasukkannya ke dalam kantung jas. Gadis itu terheran mengapa ia bisa sampai di sini? "Kok gue bisa ada di sini?"

Rion menghela napas, ia mengacak-acak rambutnya lawan arah. "Lo kelewatan, Ren."

Tanpa rasa bersalah Renjana mengangkat sebelah alis. "Ha?"

Rion menduduki sofa yang berseberangan dengan Renjana. "Lo sadar gak sih Ren? Tindakan lo kemarin hampir aja merenggut nyawa orang! Untung gue sama Aiden langsung ke lokasi kejadian. Kalau gak gitu lo bisa dipenjara!"

Renjana berusaha mengingat-ingat kembali kejadian kemarin malam. Setelah gadis itu puas memukuli Rick. Mendadak Rion dan Aiden datang, mereka mencoba menghentikan aksi Renjana namun gagal. Renjana makin brutal. Terpaksa lah keduanya harus membuat Renjana kehilangan kesadarannya untuk sementara.

Renjana tertunduk lemas. Tangannya yang kuat terkepal. Gadis itu sadar dengan apa yang ia perbuat. Kekuatan yang seharusnya digunakan untuk melindungi berubah menjadi monster dalam sekejap. Dia sangat menyesal. Tapi tunggu sejak kapan Renjana dapat merasa bersalah? Ada yang aneh dengannya.

Renjana beranjak. Dia melirik Rion sekilas kemudian pergi. "Maaf." Itulah kata yang diucapkan sebelum tubuh Renjana menjauh dari sana. Ternyata petasan yang dibawanya kemarin tidak berguna.

Pasti ada sesuatu yang tidak beres dari gadis itu. Baru pertama kali gadis kasar tak punya perasaan itu mengucapkan kata 'maaf' sebelumnya orang-orang dulu yang meminta maaf kepadanya. Apakah Renjana sudah mencoba menjadi lebih baik?

Pagi yang cerah bersama seorang senja yang murung. Renjana tengah berjalan menuju tempat biasa ia kunjungi sambil mengamati tongkatnya. Tongkat itu sudah memanjang. Tidak disangka dia menggunakan benda ini untuk menyiksa orang tanpa ampun. Benda yang seharusnya bersih tanpa dinodai dengan dosa. Gadis itu berjanji akan menjaga tongkat ini tapi dia mengotorinya dengan tindakan kriminal. Dia harap semoga pemiliknya memaafkan perbuatannya.

Ketika Renjana tiba di tempat favoritnya, tubuh cewek itu seketika membeku tongkatnya pun sampai terjatuh. Seorang cowok berdiri menghadap laut sembari menikmati semilir angin membelai lembut wajahnya. Gadis berambut pendek itu tidak percaya mengapa dia bisa menemukan tempat ini?

Cowok itu menyadari kehadiran Renjana. Ia menoleh lalu menyapanya sambil melepaskan seutas senyum. "Kamu di sini juga, Ren?"

Cowok itu menghampiri Renjana. Lalu membungkuk, mengambil tongkatnya yang terjatuh. Cowok yang mengenakan kemeja putih, celana panjang hitam, dan berdiri di depan Renjana saat ini adalah Erlangga.

Renjana tersadar. Gadis itu menerima tongkatnya. "Lo kok bisa ada di sini sih?!"

"Saya enggak tahu ada tempat yang sebagus ini." Erlangga kembali memandang luasnya cakrawala dengan cat biru yang ikut mewarnai pagi yang cerah.

Psychopath vs Guru Anti-mainstream [✔️END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang