[ 3. ] Rabu

363 202 47
                                    

Jungkir balik berkebalikan dipaksakan untuk berpikir tentang gagasan-gagasan terlarang.
-Kang Bucin-

Jam pelajaran berlangsung. Ketika Erlangga melewati kelas Renjana untuk pergantian jam, ia tak sengaja berpapasan dengan gadis kasar berambut pendek itu. Langkahnya terhenti. Erlangga melihat di kelas Renjana masih ada guru bahasa Inggrisnya mengajar betapa pentingnya tata bahasa. Mengenai kapan penggunaan kata 'You and I' dan 'You and Me'.

"Kamu keluar kelas?"

Erlangga berhasil memberhentikan langkah Renjana. "Gue diusir! Puas lo!"

Bukannya memberi teguran atau tugas tambahan, Erlangga malah tergelak. "Makanya jangan macam-macam sama saya."

Renjana berbalik. "Mulai songong juga lo, kita lihat saja nanti Guru Muda!"

"Saya sangat menantikan karma apa yang kamu dapat setelah ini."

Renjana memutar bola mata, menghiraukan Erlangga, dan pergi meninggalkannya bersama segerombol cewek dari penjuru kelas. Malah kakak kelas pun ikut turut memujanya. Terutama si Jumaika yang membikin heboh. Lihat saja hidung Jumaika sampai mengeluarkan darah. Setampan itukah Erlangga?

Anehnya Erlangga yang sebelumnya trauma dengan tingkah siswi di sini mendadak jadi friendly. Dia membalas teriakan fans-nya dengan seutas senyum. Sontak jantung para gadis itu berdebar kencang, teriakan semakin lantang, dan antusias melafalkan nama Erlangga dengan beragam julukan.

"KYAAA PANGERAN TAMPAN!"

"ADUH! KAYAKNYA AKU BUTUH SPESIALIS DOKTER CINTA DEH."

"MAS, RAHIMKU ANGET!"

Renjana yang mendengar sekaligus melihatnya secara langsung pun langsung mules. Lagi-lagi asam lambungnya naik. Dia membungkam mulutnya. Gawat! Renjana harus menyegerakan ke kamar mandi sebelum bakso yang dibelinya tadi keluar dari mulutnya. Persis seperti yang dia bilang sebelumnya, Renjana alergi gombalan. Apalagi suara centil dari para gadis itu. Sungguh menghilangkan selera Renjana dan meliriknya saja sudah membuatnya muak.

Renjana berlari memasuki salah satu toilet wanita. Dia mengunci rapat-rapat pintu toilet lantaran gadis kasar itu terbatuk-batuk. Beruntung dia tidak memuntahkan seluruh isi dalam perutnya. Ah, Renjana sungguh tidak tahan dengan situasi seperti ini.

Tatkala Renjana keluar dari kamar mandi, gadis kasar berambut pendek itu dikejutkan dengan figur Irinee di depannya. Renjana terhenti sejenak. Jalan keluarnya dihadang oleh Irinee seorang cewek popular nan kaya di kelasnya. Irinee tersenyum miring, di tangannya terdapat seember air bekas cucian.

Tanpa aba-aba Irinee langsung menyiramkan seember air kotor itu ke arah Renjana. Cewek itu tak sempat menghindar guyuran air telah membasahi wajah, kemeja, dan jasnya. Renjana terdiam. Dia tidak membalas dengan makian atau sebuah pukulan.

Percuma saja jika ia memulai perkelahian hanya karena hal sepele. Harga dirinya jauh lebih berharga ketimbang pertengkaran tanpa alasan. Mengawali konflik dengan pukulan bukanlah karakter asli Renjana. Dia hanya berperan sebagai peneliti dan pengamat hukum sosial.

"Itu balasan karena mempermalukan kelas gue!" ketus Irinee lantaran ditinggalkannya Renjana yang basah kuyup seorang diri.

Renjana keluar dengan pakaian basah lencun. Sepertinya dia harus membuat masalah lagi untuk dijemur di lapangan sekaligus mengeringkan pakaian yang bersimbah air bekas pel. Atau mungkin tidak.

Menyusuri koridor, Renjana berjalan tanpa tujuan. Bel berikutnya telah berdenting menunjukkan jam pelajaran berikutnya segera datang. Renjana mengingat-ingat kembali mata pelajaran yang datang berikutnya. Kelas bahasa daerah. Ya, Renjana sudah ingat. Sebentar lagi giliran kelas bahasa daerah.

Psychopath vs Guru Anti-mainstream [✔️END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang