Entah kenapa, aku sedikit malas untuk berangkat kuliah. Aku malah bermalas-malasan di kasur kesayanganku ini. Aku mengecek ponsel, namun tidak ada notif apa pun, yang ada malah notif artis pacaran lah, artis makan bubur lah, bahkan artis duduk di taman pun dijadikan berita. Gak ada yang bermanfaat dikit apa?
"Ga jelas semua," pikirku yang masih mengotak-ngatik ponsel.
Saat melihat jam menunjukkan pukul tujuh, aku panik setengah mati karena ada kelas pada pukul setengah delapan dan sekarang aku masih bersantai ria.
Aku pun langsung mengadakan sistem kebut-kebutan seperti cacing kepanasan.
Setelah selesai mandi bebek alias asal basah dan membawa tas kuliah, aku langsung menuju motor kesayangan. Namanya Bobby, kenapa Bobby? Karena warnanya biru, gak nyambung sih, tapi aku suka aja.
Saat sudah menaiki motor, aku lupa membawa kunci yang masih berada di kamar.
"Aduh, pake lupa segala lagi."
aku pun ngibrit seperti atletik juara dunia.
"Quel, sarapan dulu, Mama udah masakin nih," ucap ibuku.
"Aku udah telat banget Mah, ntar aja ya, baliknya aku makan," teriakku dari arah kamar.
Ibuku tidak menghiraukan ucapanku dan langsung menaruh makanan tersebut ke dalam motor.
Aku yang melihatnya hanya menarik nafas saja.
"Yaudah aku berangkat Mah, Assalamualaikum." Aku langsung berpamitan kepada ibuku dan menaiki motor.
"Waalaikumussalam."
Saat dalam perjalanan, kondisinya sangat macet dan aku ada kelas sekitar sepuluh menit lagi. Aku benar-benar panik, baru juga masuk kuliah, udah kena masalah saja. Pikiranku yang sudah kacau ini mengajakku untuk berlari, namun aku mencegahnya. Berlari sama saja buang-buang waktu.
Karena aku merasa sudah mepet, aku mengambil jalan pintas dari gang kecil, walaupun aku juga tidak tahu arahnya ke mana. Saat aku melewati jalan tikus ini, ternyata buntu.
Aku sudah kehilangan akal sehat dan ingin menyerah saja, namun lagi-lagi aku teringat aku adalah anak baru. Jadi, aku memilih untuk puter balik dan melewati jalan raya yang sudah mulai lenggang.
Aku menancap gas dengan kecepatan tinggi. Banyak sekali kendaraan yang memarahiku, namun aku tidak berfikir ke arah situ, yang aku pikirkan adalah bagaimana kelanjutan dari cerita hari ini? Apakah akan dihukum atau akan dikeluarkan dari campus? Aduh, pikiranku benar-benar kacau sekarang.
( ╹▽╹ )
Saat memasuki campus, aku langsung berlari menuju kelas. Jujur, rasanya deg degan sekali. Berbagai pikiran aneh muncul di otakku.
Tiba-tiba, aku melihat sosok laki-laki yang sedang membawa buku menuju kelas. Sepertinya ia memang satu kelas denganku. Aku berharap ia mau membantuku.
"Kenapa?" tanyanya sambil mengangkat alis.
Aku sedikit terkesima melihat wajahnya yang menawan.
"Aduh Quel, fokus." Aku menggelengkan kepala agar fokus pada tujuan utama.
"Hah?" bingungnya yang membuatku malu.
"Mm, bo-leh tolongin gue gak, gue telat nih," ucapku sedikit terbata-bata karena malu.
"Ayok, masuk," ucapnya yang membuatku tersenyum senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Side (End)
RomanceAir mataku satu per satu mulai menetes deras, aku berusaha untuk menghapusnya agar tidak jatuh terlalu banyak. "Gak usah salahin diri lo, lo gak salah, yang salah gue, gue yang salah mencintai seseorang." Aku pun langsung pergi menuju kamar mandi da...