20

0 0 0
                                    

Aku memasuki kelas yang masih sepi. Waktu masih menunjukkan pukul enam pagi. Saat aku duduk di tempat yang biasa kududuki, aku tidak sengaja menemukan sebuah kotak pink berpita.

"Lucu sekali," pikirku.

Eh, apakah ini untukku? Aku membolak- balikkan kotak kecil tersebut.

"Gak ada kartu pengirimnya, apa gue buka aja kali, ya? Tapi takut gak sopan," ucapku bingung. Aku sangat penasaran sebenarnya, tapi balik lagi aku takut tidak sopan.

Aku sudah tidak bisa menunggu dan langsung membuka kotak tersebut. Saat aku membukanya, namaku langsung tertera di sana.

"Hah." Aku langsung membekap mulutku.

Namaku ditulis dengan indah di sini. Aku masih penasaran siapa yang mengirimnya? Selain itu, ada gelang berwarna biru elegant dan juga hiasan mini berbentuk kepala Teddy Bear.

Aku melihat ada secarik kertas di dalamnya. Aku pun langsung membukanya.

"Whatttt." Aku menemukan fotoku di dalam surat tersebut. Saat aku membacanya, aku terkejut.

Aquela, you want to be my Girlfriend?
I'll be waiting for your answer on the rooftoop later.

Aku sangat-sangat terkejut dengan isi surat tersebut. Anehnya, tidak ada nama pengirimnya sama sekali. Aku tidak tahu siapa yang mengirim surat ini.

Kalian tahu gak kira-kira siapa?

Jantungku mulai berdetak hebat. Masih mencari jawaban siapa yang mengirimnya. Aku melihat sekeliling, tapi tidak ada sosok manusia sekarang.

"Woy!" ucap seseorang dari pintu.

Aku buru-buru memasukkan kotak tersebut ke dalam tasku. Ternyata ia adalah Kak Jaxon, ngapain dia si sini. Aku masih kesal kepadanya semenjak saat itu.

"Tadi gue beli minum, tapi salah, nih buat lo aja." Kak Jaxon memberikanku sebotol coffe.

"Aneh, tumben amat Kak Jaxon gak tempramental," pikirku.

"Minum!" tegasnya.

"Ck, apaan sih." Aku tidak memedulikan Kak Jaxon dan masih memikirkan kotak mini tersebut.

"Lo kenapa sih?"

"Apaan sih."

Aku masih jutek saja kepada Kak Jaxon dan tidak memedulikannya.

"Lo marah sama gue?" tanyanya bingung.

Aku masih tidak habis pikir. Mengapa sih ia tidak pergi saja?

"Kak, bisa keluar gak," dinginku.

"Huh, minum tuh!" perintah Kak Jaxon.

Kak Jaxon pun langsung pergi keluar tanpa bacotan.

Aku masih menatap coffe yang diberikan oleh Kak Jaxon. Tidak selera minum sekarang. Aku masih sangat bingung siapa sebenarnya yang mengirim kotak selucu ini?

Kelas sudah dimulai, namun aku masih bengong saja, menatap papan tulis dengan kosong. Mendengarkan dosen dengan malas.

Aku ketika penasaran memang seperti ini. Semuanya terasa kosong. Bahkan hal yang biasanya kusuka pun mendadak jadi tidak suka.

"Huh, kenapa sih otak gue gak bisa diajak konsennnn," geramku di dalam hati.

"Heh lo kenapa sih, Quel!" panggil Devika.

"Hah, emm anu." Aku hanya kebingungan mencari jawaban.

"Anu, anu, apa lagi," ketus Devika.

"Aduh gak kenapa-napa gueee," geramku.

Another Side (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang