4

3 1 0
                                    

Aku berangkat kuliah dengan mata merah dan masih mengantuk. Ini semua karena tugas Pak Rehan. Aku benar-benar malas kuliah sebenarnya, namun aku harus mengumpulkan tugas ini kepada Pak Rehan sekarang juga.

"Tok, tok, tok, permisi," ucapku sopan.

"Masuk."

Aku segera memasuki ruang dosen dan menyerahkan tugas Pak Rehan.

"Saya sudah menyelesaikannya, Pak," ucapku seraya memberikan hasil print tersebut.

"Baik, kamu bisa pergi," ucap Pak Rehan yang membuatku sangat ingin marah.
Namun, aku tidak mempunyai kuasa untuk memarahi Pak Rehan, yang ada aku malah makin diberikan banyak tugas olehnya.

"Baik Pak, permisi."

Aku langsung buru-buru melaju ke dalam kelas dan ingin menceritakan semuanya kepada Devika.

Tiba-tiba..

Bruk

Aku terjatuh karena ada orang yang lari-larian sembarangan. Kakiku terasa lecet.

"Makanya jalan yang bener," ucap Kak Jaxon sarkas.

"Astagfirullah masih pagi loh ini, udah ada masalah aja." Aku berusaha menenangkan hatiku agar tidak marah-marah.

Aku pun tidak memedulikan kehadiran Kak Jaxon dan tetap berjalan walaupun kakiku sedikit sakit.

"Lo gak punya kuping, ya!" tegas Kak Jaxon.

"Astagfirullah sabar dia setan," ucapku lirih.

"Maksud lo apa?" tanya Kak Jaxon yang langsung menarik tanganku.

"Ashhh." Kakiku sakit sekali, sudah encok di pagi hari dan ini cuma gara-gara Kak Jaxon.

"Lo berdarah?" tanyanya yang hanya melihatku saja.

"Nggak, Kak."

Aku berusaha menahan rasa sakit ini dan berjalan menuju kelas.

"Makanya kalo jalan liat-liat." Kak Jaxon pun langsung meninggalkanku seorang diri.

"Dasar cowok gak guna," ucapku kesal dan langsung berjalan menuju kelas.

Kakiku sih hanya lecet biasa, namun ketika jalan rasanya tidak enak sekali. Aku tidak yakin masih bisa mengendarai motor atau nggak nantinya.

"Kenapa sih pagi gue gini banget, harusnya tuh ngeliat yang manis-manis gitu, ini malah kena masalah, dasar author gak punya hati," ucapku kesal setengah mati.

Gimana ya, gue lagi mood bikin orang sengsara sih wkwk

( ╹▽╹ )

"Kaki lo kenapa, Quel?" tanya Devika panik.

"Noh calon imam loe yang udah bikin gue gini," kesalku sambil memasangkan hansaplast yang berada dalam tasku.

"Maksud lo?" bingung Devika.

"Siapa lagi kalo buka Kak Jaxon, pagi-pagi udah bikin gue kena masalah aja."

Aku masih memasangkan hansaplast dan merapikannya.

"What! Si Jaxon lagi? Kayaknya dia gak bisa ya sehari gak buat masalah, udah biar gue yang bales," ucap Devika sambil mengambil ancang-ancang untuk pergi.

"Udah ah Vik, gue capek sumpah kena masalah terus, udah semalem tidur cuma dua jam doang, pagi-paginya celaka, Pak Rehan juga ngeselin banget, dan lo mau nambahin lagi?"

"Sorry deh, abisnya gue gedek banget sama si Jaxon itu," sendu Devika sambil memelukku.

"Biarin aja lah gue juga gak peduli, lagian ini cuma lecet biasa, cuma gue gak yakin sih bakalan bisa balik apa nggak ntar."

Another Side (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang