27

1 0 0
                                    

Cinta memang menyenangkan, tapi lo juga harus inget, cinta bisa bikin hidup lo berantakan.

Kata-kata Kak Jaxon terngiang-ngiang di kepalaku. Aku jadi sulit untuk berkonsentrasi menyelesaikan tugas Mr. Lexi.

Emang bener ya, cinta bisa bikin berantakan?

Pengalaman cintaku tidak sejauh itu. Baru kali ini aku menyukai seseorang, sebelumnya belum pernah. Jadi, seluk beluknya belum aku pahami, dan bagaimana untuk mengatasinya juga aku tidak mengerti.

Namun sejauh ini, aku mengakui bahwa cinta itu rumit. Aku lebih suka mengerjakan tugas Pak Rehan dibandingkan memahami cinta, huh.

"Nak, kamu mau bantuin Mama bentar?" panggil ibuku dari bawah.

"Bentar, Mah!" Aku pun langsung turun menghampiri ibuku.

"Nanti tolong beliin Mama bahan makanan ya, soalnya persediaan Mama habis."

"Iya, tapi ntar malem ya, soalnya aku lagi ngerjain tugas."

Untuk masalah Davyn dengan orang tuaku sudah tidakku pedulikan lagi. Kalau memang jalannya dengan Davyn, pasti orang tuaku akan memaafkan. Tapi kalau sebaliknya, ya sudahlah aku sudah muak.

"Yaudah sebisa kamu."

Saat ini memang masih sore. Aku sebenarnya sedang malas untuk kemana-mana. Namun, kalau aku tidak menuruti perintah ibuku, yang ada malah debat nantinya.

Aku langsung menuju kamarku lagi dan menyelesaikan tugas dari Mr. Lexi.

"Capek."

Kapan terakhir kali kamu dapat tertidur tenang, tenang...

Nada dering ponselku berbunyi. Memutar lagu Secukupnya by Hindia.
Kalau dipikir-pikir, lagu tersebut relate dengan kehidupanku saat ini. Mungkin, ah sudahlah lupakan.

"Halo kenapa, Vik?" tanyaku.

"Hehe, gue cuma mau nanya tugas dari Mr. Lexi, otak gue lagi eror nih ga bisa mikir," rengek Devika di seberang sana.

"Nanti gue kirimin contohnya." Aku masih fokus menatap layar laptop.

"Makaciii Aquela cantik," pujinya.

"Gak usah sok muji deh lo!"

"Yeee orang mah dipuji seneng, lo malah ngegas, lagi ngapain sih lo!"

"Gue lagi ngerjain tugas, udah deh lo diem."

"Ck, biasanya kalo gini lo ada masalah ya, kan? Ama siapa sih, Davyn?"

Blush

Seperti diterpa angin kencang. Devika tiba-tiba tau masalahku. Apa jangan-jangan Devika cenayang? Serem banget.

"Kok lo tau sih, gue kan gak cerita apa-apa," bingungku.

"Hahahah enggak sih gue cuma tebak aja, abisnya lo jutek banget kaya ngeliat dia sama yang lain," ejeknya.

Tepat sekali everibadeh

"Ih lo serem banget sih Vik, ngeri guee."

"Demi apa! Gue bener dong kalo lo emang ngeliat Davyn sama yang lain?"

"Y"

Karena aku malas untuk mendengarkan Devika. Aku pun mengalihkan teleponku menjadi video call.

"Tuhkan muka lo jutek banget, sekesel apa sih lo sama Davyn?" tanya Devika di Vc. Ia sedang memakan topokki kesukaanku.

"Ih bagi dong topokkinyaaaaaa," rengekku.

"Sini ke rumah."

"Ogah, males banget gue."

Another Side (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang