Air mataku satu per satu mulai menetes deras, aku berusaha untuk menghapusnya agar tidak jatuh terlalu banyak.
"Gak usah salahin diri lo, lo gak salah, yang salah gue, gue yang salah mencintai seseorang." Aku pun langsung pergi menuju kamar mandi da...
Hari ini aku libur kuliah dan ingin beristirahat saja sebenarnya, tidak ingin kemana-mana. Hariku sudah sangat melelahkan. Aku ingin seharian ini hanya rebahan.
"Nak, kamu ikut Mama sama Ayah arisan, yuk," ucap Ibuku.
"Mmm gak mau Mah, aku pengen istirahat aja," ucapku malas.
"Ayo lah sebentar doang kok, kan itu juga keluarga kamu," ucap Ayahku menimpali.
Alasan yang sama. Namun, aku hanya ingin beristirahat saja, apakah tidak boleh?
"Cepetan pake baju yang bagus, Mama tunggu di bawah," ucap Ibuku dan langsung turun.
"Ck males banget gueeeee, bisa gak sih gue istirahat sehari ajaaa," ucapku kesal. Acaranya kan cuma orang tua, aku pasti sangat bosan di sana.
Ayah dan lbuku kemarin baru pulang dari luar kota. Mereka ada acara di sana, aku tidak tahu ada acara apa. Aku juga malas untuk menanyakannya.
Malas sekali untuk beranjak dari kasur. Rasanya sangat lelah sekali hari ini.
Outfit yang aku kenakan untuk acara arisan adalah sweater coklat panjang, dipadukan dangan rok, tidak lupa dengan sneakersnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku tahu, ini lebih terasa seperti bermain dengan teman, tapi aku memang benar-benar tidak tahu ingin memakai apa.
"Jangan pakai motor, bareng sama Mama aja naik mobil," ucap lbuku.
"Mah, tapi aku pengen naik motor, pliss," ucapku memelas.
Jika aku naik mobil, suasananya sangat membosankan, dan aku juga tidak bisa pulang duluan nanti.
"Gak bisa, kamu harus naik mobil sekarang, cepet acaranya udah mau mulai," ucap ayahku yang langsung siap-siap untuk menyetir mobil.
"Bisa gak sih, sehari aja gue gak dipaksa di sini?" kesalku dalam hati.
Jika kalian bertanya, keluargaku memang pemaksa. Apa-apa yang dia inginkan harus aku turuti. Ya, aku tahu mereka adalah orang tua. Namun, apakah aku tidak boleh mengeluarkan pendapat?
Di mobil, aku hanya diam saja, melihat pemandangan luar yang menyejukkan mataku. Dengan wajah datar, aku melihat ponsel. Tidak ada yang mengechat di sana.
"Huh, bosen," ucapku dalam hati.
"Senyum dong Nak, nanti di sana banyak orang, jangan datar gitu mukanya," ucap ibuku.
Sifatku memang berbanding terbalik antara bersama teman dan bersama keluarga. Entahlah, aku merasa jika bersama teman lebih bebas berekspresi.
Mungkin kelihatannya aku anak yang durhaka, namun itu semua memang terjadi. Aku tidak bisa mengubah sifatku. Entah mengapa bawaannya ingin diam saja jika bersama keluarga.