Aku dan Devika sedang berada di kantin. Menikmati hidangan mie ayam yang lezat. Diikuti dengan segelas es kelapa yang nikmat. Enak sekali.
"Eh, gue mau kasih tau something, tapi lo jangan cemburu, ya." Devika berbicara dengan tatapan ke arah belakangku.
"Sesuatu apaan?" ucapku penasaran.
Aku langsung balik badan dan terkejut melihat siapa di sana. Davyn sedang mengobati luka seorang cewek. Cewek tersebut adalah orang yang waktu itu sempat aku cemburuin juga. Ia adalah sahabat Davyn.
Hatiku lumayan nyes melihat kedekatan mereka. Namun, aku tahu mereka sahabat, jadi tidak salah kalau mereka dekat. Memang aku siapanya.
"Biarin, gue gak peduli." Aku masih menikmati mie ayam tanpa memedulikan Davyn.
"Mmmm gak usah dipikirin, ya." Devika berkata dengan hati-hati.
"Siapa yang mikirin." Aku berkata sangat jutek. Sebenarnya aku sangat memikirkannya. Siapa coba yang gak cemburu melihat orang yang disayang dekat dengan yang lain? Terlebih lagi mereka sahabatan. Masa gak ada rasa.
"Hahaha ucapan sama hati beda jauh, ya," ejek Devika.
"Ih diemm, gue lagi unmood."
Devika melihat ke arah kantong celanaku. Ia melihat sebatang coklat matcha.
"Eh, itu coklat dari siapa?"
Aku melihat ke mana arah tatapan Devika. Ternyata coklat dari Kak Jaxon yang ia maksud.
"Oh, ini dari Kak Jaxon lo mau?" tawarku.
"Hah! Lo punya hubungan apa sama Kak Jaxon?" teriak Devika.
"Sutttt berisik banget sih, kemaren gue cuma dikasih coklat doang, ucapan minta maaf kali karena kejadian waktu itu."
"Feeling gue nih sebagai seorang cewek, Kak Jaxon kayaknya punya rasa deh sama lo," pikir Devika.
"Ngaco, lo kali yang suka sama dia, nih ambil aja gue lagi males makan coklat." Aku memberikan coklat tersebut kepada Devika.
Tiba-tiba orang yang diomongin muncul tanpa aba-aba. Ia membawa sepiring somay dan langsung duduk diantara aku dan Devika.
"Lo ngapain sih ke sini!" kesal Devika.
"Gue gak ada urusan sama lo!" ketus Kak Jaxon.
"Pergi gak lo!"
Devika dan Kak Jaxon seperti Tom and Jerry. Selalu berantem kalau mereka bertemu.
"Hanny nanyain lo kemarin," ucap Kak Jaxon kepadaku.
"Oh makasih, sorry karena kemarin gue gak dateng," ucapku lesu.
"Gak papa sih, dia cuman pengen bilang makasih aja." Kak Jaxon masih fokus dengan somaynya.
"Woy kalian ngomongin apa sih, Hanny tuh siapa?" kesal Devika yang tidak dilibatkan dalam pembicaraan.
Aku tidak menceritakan masalahku dengan Kak Jaxon saat itu kepada Devika karena kukira hal tersebut gak penting untuk diceritakan.
"Hanny Adiknya Kak Jaxon," ucapku.
"Kalian punya hubungan apa sih, kok lo gak cerita sih Quel sama gue," kesal Devika.
"Ih gak gitu, gue gak sempet nyeritain."
Aneh sekali membicarakan hal ini di depan orangnya langsung, kan aku bingung ingin menjawab apa.
"Ngaco lo, hubungan apa coba!" ucap Kak Jaxon.
"Udah udah gue pusing tau gak, berantem mulu sih kalian," ketusku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Another Side (End)
RomanceAir mataku satu per satu mulai menetes deras, aku berusaha untuk menghapusnya agar tidak jatuh terlalu banyak. "Gak usah salahin diri lo, lo gak salah, yang salah gue, gue yang salah mencintai seseorang." Aku pun langsung pergi menuju kamar mandi da...