Setelah menyelesaikan kelas, aku bersiap-siap untuk berangkat ke cafe yang telah disharelock oleh Davyn. Entah mengapa sedikit deg degan, hal apa yang aku lihat di sana nanti? Apakah ada sesuatu yang menyakitiku?
Huh, ini sungguh berat. Jujur, aku menaiki motor dengan malas-malasan, rasanya tidak rela saja. Namun, karena ini tugas dari Pak Rehan, aku harus bersikap profesional.
Saat sampai, aku melihat cafe yang sangat indah dengan sensasi estetik dan kekinian, disajikan dengan pemandangan outdoor yang menawan. Di sini juga lumayan ramai dengan mahasiswa dan mahasiswi yang sibuk dengan urusannya masing-masing. Ada yang nongkrong, mengerjakan tugas, bahkan pacaran.
Aku termanyun dan melihat sekeliling. Di manakah keberadaan Davyn dan Devika?
Saatku melihat-lihat, ternyata mereka berada di bagian pojok cafe ini, mereka sedang bercanda-tawa. Sesak sekali rasanya.
"Hai, yuk mulai," ucapku saat sampai.
"Eh lo udah di sini, yuk Quel," ajak Devika.
"Yuk, kita mulai aja pembagian tugasnya," tegas Davyn yang sedang mengetikkan sesuatu di laptopnya.
Aku hanya menunggunya saja sambil memeriksa laptop.
"Nanti gue bakalan research bagian ini, Devika bagian tengah, Aquela bagian akhirnya, gimana?" tanya Davyn mengusulkan.
"Oke gitu aja yaudah gue cari dulu, ya," ucap Devika.
Aku hanya mengangguk lesu dan langsung mengerjakan tugas Pak Rehan.
Saat di pertengahan aku mengerjakan tugas, perutku lapar, bahkan tidak ada yang menanyaiku apakah sudah makan atau belum.
"Eh gue pesen makanan dulu, ya," ucapku kepada mereka.
"Oh iya, sorry Quel gue lupa nawarin lo tadi," ucap Davyn meminta maaf.
"Haha santai aja kali, yaudah gue pesen dulu."
Aku berusaha untuk tersenyum, namun lumayan sulit rasanya. Aku pun segera memesan makanan karena perut sudah sangat lapar.
"Kak, aku pesan bakpau matcha sama ice coffe satu."
"Baik Kak, ditunggu ya."
Aku memainkan ponsel sambil menunggu pesanan, sepertinya aku harus menghindari mereka dahulu.
Mungkin sebagian orang akan menganggapku seorang pengecut, namun terjebak dalam posisi ini sangat sulit. Di satu sisi aku harus menjaga perasaanku dan di satu sisi aku harus menjaga persahabatanku.
Aku tidak ingin terjadi pertengkaran atau menjadi canggung. Makanya, aku memilih untuk menghindar sementara.
Setelah sepuluh menit menunggu, pesanan akhirnya datang, aku memakannya di meja yang lumayan jauh dari Davyn dan Devika. Aku masih merenung sambil memakan bakpau.
"Huh, kenapa harus gini sih," ucapku pusing.
Sambil makan, aku juga mengerjakan tugas yang diberikan oleh Pak Rehan.
Setelah lama berkutat dengan laptop, aku lupa bahwa sedang bersama mereka. Aku langsung melihat ponsel yang disilent. Aku terkejut karena banyak panggilan yang tidak terjawab.
"Aduh gue lupa lagi," ucapku panik sambil berlari menghampiri mereka.
Saat melihat meja tersebut, mereka sudah tidak ada.
"Aduh kok udah pada ngilang sih, gue gimana dong," ucapku panik. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah enam sore.
Aku di sini sekitar dua jam dan mereka sudah menghilang entah ke mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Side (End)
RomanceAir mataku satu per satu mulai menetes deras, aku berusaha untuk menghapusnya agar tidak jatuh terlalu banyak. "Gak usah salahin diri lo, lo gak salah, yang salah gue, gue yang salah mencintai seseorang." Aku pun langsung pergi menuju kamar mandi da...