9

1 0 0
                                    

Keesokan harinya...

Sekarang saatnya mengumpulkan laporan kepada Pak Rehan karena semalam aku tidur kemalaman, mataku sedikit ngantuk. Aku langsung mencuci muka dan bersiap untuk berangkat ke campus.

Oh iya, aku baru teringat tentang semalam, apakah Kak Jaxon akan mengataiku cengeng? Aku benar-benar malu. Sedikit menyesal, mengapa harus nangis segala sih.

"Ah, bodoh banget gue."

Aku sebenarnya malas sekali ke campus, namun semuanya harus disingkirkan. Aku harus cepat agar tidak telat lagi.

Ketika mengingat hari itu, hari di mana Davyn berusaha untuk membelaku di depan Pak Rehan, rasanya sedikit sesak. Bagaimana cara untuk move on secepat ini? Apakah kalian punya solusi?

Aku berjalan menuju Bobby dengan lesu, mungkin kalian berfikir, aku selalu malas dan lesu. Ya, aku juga tidak tahu, tanya saja pada authornya.

"Kruk..kruk."

Perutku lapar, sepertinya aku akan sarapan di campus saja. Orang tuaku sedang pergi ke luar kota. Sedangkan satu-satunya adikku, dia di pesantren. Nanti akan aku ceritakan bagaimana dia.

( ╹▽╹ )

Aku memasuki campus dengan sedikit lesu. Waktu juga masih menunjukkan pukul enam pagi. Entah mengapa tumben sekali aku berangkat sepagi ini. Kelas akan dimulai satu jam lagi. Jadi, aku memutuskan untuk ke kantin.

Di kantin lumayan sepi, namun hanya satu orang saja yang berada di sini dan aku tidak tahu harus berbuat apa karena dia adalah Davyn..

Aku berusaha untuk pura-pura tidak melihatnya dan berjalan saja ke tukang bubur.

"Bang, buburnya satu ya, pedes," ucapku.

"Sip ditunggu ya, mau minum apa?"

"Es teh manis aja deh."

"Ok, sipp."

Aku langsung menuju tempat duduk, berusaha untuk tidak menatap Davyn. Namun...

"AQUELA," panggil Davyn.

"Aduh kenapa harus dipanggil sih," bisikku kesal.

"Sini," ajak Davyn.

Jujur aku sebenarnya ingin mengelak dan pergi saja, namun perutku lebih penting sekarang.

"Kenapa, Vyn?" tanyaku canggung.

"Tumben lo pagi-pagi gini udah dateng, gak telat lagi, hahaha," tawa Davyn.

"Haha, nggak lah telat mulu," ucapku sambil menatap ke tempat lain.

"Eh sorry ya kemaren gue tinggalin lo, gue kira lo udah balik, lagian lo ke mana sih?" tanya Davyn penasaran.

"Abis pesen makanan gue duduk dulu di tempat yang menurut gue pemandangannya bagus, eh malah kebablasan," ucapku canggung.

Gimana ya, kalian pernah gak ngobrol sama orang yang memiliki perasaan berbeda? Rasanya tuh antara awwkard, deg degan, dan sedih menjadi satu.

"Oalah gue kira lo balik duluan."

"Nih Neng, pesenannya," ucap tukang bubur dan memberikan pesananku.

"Makasih, Bang."

Akhirnya pesananku sampai juga, aku lapar sekali, sudah lapar awwkard lagi.

"Vyn gue makan ya, lo gak makan?"

"Gue udah kelar lo makan aja, btw laporan Pak Rehan udah kelar, kan?" tanya Davyn sambil membuka laptopnya.

"Oh udah kok, bentar gue ambil." Aku langsung mengambil laptopku dan memberikannya kepada Davyn. "Lo cek aja."

Another Side (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang