33

7 0 0
                                    

Aku membersihkan wajah. Memakai skincare dan bersiap-siap untuk berangkat ke acara pernikahan.

"Huh, udah gak keliatan." Aku berkaca sambil melihat mataku.

Hari ini aku wajib untuk fresh karena acara tersebut tidak main-main. Banyak artis, influencer, bahkan penyanyi di sana. Aku harus benar-benar terlihat cantik. Terlebih lagi, aku ikut andil dalam pernikahan mereka.

Tema yang mereka gunakan adalah pink sweet. Lucu sekali. Aku membayangkan jika pria memakai pakaian berwarna pink.

"Kak, makan dulu." Syifa mengetuk pintu kamar mandi.

"Iyaaaa."

Aku langsung keluar dan memakan roti panggang serta keju mozzarella yang meleleh di mulut.

Syifa hanya menatapku penasaran. Ingin bertanya tentang masalahku kemarin, namun sepertinya ia takut. Aku yang menyadarinya pun hanya tersenyum dan memulai pembicaraan.

"Gak papa Dek, cuma ada masalah kantor aja."

"Boong."

Syifa tahu sekali jika aku berbohong.

"Huh, oke oke aku cerita."

Aku langsung menceritakan bagaimana aku bertemu dengan Kak Jaxon, sampai ia menyatakan perasaannya kepadaku, dan hadiah yang diberikannya. Bagaimana aku juga merasa bersalah karena tidak membalas perasaannya.

Syifa langsung memelukku. Menyalurkan energi positif kepadaku agar tidak mewek, karena acaranya sekitar tiga jam lagi. Aku tidak ingin melunturkan make up yang telah kupakai.

"Kak, cepet gih pake gaunnya. Itu aku loh yang milihin."

Kemarin, Syifa dan Devika memang membelikanku sebuah gaun untuk acara pernikahan. Devika yang diundang karena memakai jasa bunganya, tahu apa tema dari pernikahan mereka. Bahkan, aku yang memakainya saja belum melihat bagaimana gaun tersebut.

"Udah ada di lemari ya Kak, aku tunggu sekarang."

Aku sedikit terpesona memakai gaun ini. Awalnya aku mengira ini sangat lebay jika dipakai olehku. Namun, ternyata lucu juga.

 Namun, ternyata lucu juga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tin, tin, tin

Bunyi klakson Devika memenuhi villa. Jadi, aku dan Syifa memang bareng dengannya menuju acara pernikahan. Devika sendiri yang menawarkan tumpangan. Aku jadi tidak perlu repot-repot menyewa mobil.

"Wawww keren banget lo, pilihan Syifa emang gak pernah salah, ya." Devika terpana menatapku dengan gaun tersebut.

"Iya, dong," ucap Syifa.

Aku hanya tersenyum saja.

"Ih, sok elegant lo, biasanya juga ngegas."

"Apa sih Vik, gue diem salah, ngegas salah, bodo ah."

Another Side (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang