Aku mempersiapkan koper untuk pergi ke luar kota. Ke tempat di mana aku memulai semuanya. Termasuk memulai cerita ini.
"Aku kira kita bakal ke Bali atau gak ke Malang, eh malah ke Jakarta."
Sebenarnya aku tidak mempermasalahkan hal ini, namun aku memang ingin pergi ke kota lain. Aku takut jika ke Jakarta akan bertemu dengan "dia" lagi.
"Yah Kak, maaf ya kukira Kakak emang pengen ke Jakarta," ucap Syifa.
"Iya santai aja, tapi ada bagusnya juga sih, aku kan bisa ketemu Devika dan di sana Kakak juga ada undangan pernikahan," ucapku.
"Diundang mulu, kapan ngundangnya?" tanya Syifa mengejek.
"Faaaa." Aku tidak suka kalau pembicaraannya tentang ini.
"Hahah sorry sorry, Kak."
Setelah semuanya siap, kami berdua pun langsung menuju bandara dan berangkat ke Jakarta.
( ╹▽╹ )
Jakarta,
Lima tahun sudah aku meninggalkan Jakarta. Sekarang rasanya aku balik ke rumah. Tempat di mana aku memiliki banyak kenangan di dalamnya. Tempat yang menjadikanku sebagai Aquela yang sekarang, dan tempat di mana aku bertemu dengan si dia.
Aku sekarang berangkat menuju villa yang sudah Syifa booking sebelumnya. Perjalanan ini memang sudah disiapkan oleh Syifa dengan runtut dan teratur. Bahkan aku pun tidak tahu menahu soal ini. Bisa dibilang aku hanya terima jadi.
"Fa, Villanya keren bangeeeetttt." Aku terpesona melihat villa yang sangat indah ini. Viewnya sangat menawan.
"Keren kan pilihan aku," ucap Syifa sombong.
"Iya deh kali ini Kakak setuju sama pilihan kamu."
"Ya dong."
"Yaudah yuk, masuk."
Aku membereskan pakaianku. Melihat sekeliling ruangan yang indah. Di sini juga terdapat tempat untuk melihat sunset.
Kami akan menginap selama satu Minggu, karena selain ada undangan pernikahan dari pasangan youtubers yang kemarin foto di tempatku. Di sini aku juga ada projek untuk klien baru. Aku tahu semuanya dari Bella.
Sepertinya Bella juga akan menyusul bersamaku ke Jakarta, karena memang dia yang mengurus dan membantuku untuk projek baru. Lumayan lah setidaknya kami tidak kesepian.
"Kak, ayo makan dulu," panggil Syifa.
Di sini kami juga disediakan makan pagi sampai malam. Jadi, tidak usah khawatir perut kosong.
"Mmm, enak juga." Makanan kali ini disediakan bebek goreng dengan berbagai lalapan dan tidak lupa dengan sambalnya. Untuk minumannya, kami diberikan es kelapa muda yang sangat segar diminum sore hari gini.
"Enak ya, Kak," ucap Syifa.
"Parah si, ini the best."
"Siapa dulu dong yang pesen."
"Iya iya deh, btw kan yang bayar juga Kakak, jadi percuma dong."
"Heheh, iya juga sih."
Saat itu memang kusuruh Syifa untuk memegang ATM ku. Terserah dia ingin membooking di tempat mana, yang penting tempatnya nyaman, bersih, dan cocok.
Oh ya, kami sedang makan di outdoor, di mana disajikan pemandangan kolam renang dan juga sunset yang sangat indah. Walaupun di Jakarta, rasanya sangat sejuk, tidak ada polusi di sini.
Drrt Drrrrt
Ponselku berbunyi, menampilkan nama Devika di sana. Aku yang sangat senang pun buru-buru untuk mengangkatnya.
"Haai hai hai, kangen gak sama gueee." Devika sedang berada di tokonya. Banyak sekali hiasan bunga yang indah di sana. Aku bisa melihatnya karena kita sedang melakukan video call.
"Gak!" kesalku sambil meminum es kelapa.
"Yeeee lo jahat nih, btw lo di mana tuh? Kok beda sama apartemen lo sih, itu juga ada Syifa, ya?" tanyanya bingung.
Aku memang belum memberitahu Devika tentang kedatanganku ke Jakarta. Biarkan menjadi suprise saja.
"Mmmm kasih tau gak, yaa."
"Ih serius dong."
"Gue di Jakarta."
"OMG WOYYY KOK LO GAK BILANG SIH AH KESEL BANGET GUE." Devika sangat excited sambil loncat-loncat seperti orang gila.
"Yaudah ke sini gak pake lama, gue tunggu ya, nanti gue sharelock."
"Ih enak aja lo! Gue lagi sibuk tau, eh tapi kalo besok kayaknya gue bisa sih, besok aja deh ya, soalnya masih banyak pelanggan nih," sok Devika.
"Sok banget deh lo, mentang-mentang udah buka cabang dimana-mana, udah gak mau main sama gue," ucapku pura-pura kesal.
"Ih gak gitu woy, gue seneng banget ah, lagi kenapa ada pelanggan sih," dumelnya.
Aneh ya, abis nyombongin diri eh malah ngatain pelanggan.
"Heh nanti gak ada yang mau beli lagi loh!"
"Eh iya maap, abisnya gue kan pengen ketemu lo, kangen banget udah lima tahun gak ketemu, ketemuannya virtual mulu kayak gue sama doi."
Gini nih kalo kita udah ngomong, jiwa elegant satu sama lain langsung musnah begitu saja.
"Curhat terooosss."
"Oh ya, ini Syifa dia pengen nyapa, tapi lo nyerocos mulu dari tadi." Aku langsung mengarahkan ke wajah Syifa.
"Hai, Kak," ucap Syifa.
"Omaygat Syifa cantik bangeeet, kok beda yah sama Kakaknya," ejek Devika.
"Heh maksud lo apa! Gue keren juga kali," jutekku.
"Keren apaan, pas lo seumuran sama Syifa yang sekarang, muka lo bengep mulu tau gak gara-gara nangisin cowok." Mulai deh jiwa rumpi no secretnya muncul, kan aku malu dengan Syifa.
"Yeee gak usah bahas masa lalu deh lo!" kesalku.
"Lo tau gak Syif, dia nih ya ada aja masalahnya. Ngeliat doi sama yang lain langsung mewek. Dicuekin mewek, pokonya tiada hari tanpa mewek," ejek Devika yang membocorkan masalahku kepada Syifa.
Syifa yang mendengar pun hanya tertawa saja. Tidak berani berkata-kata.
"Udah lo diem gak usah ke sini!"
"Yeee gitu aja ngambek, ntar gue bawain bunga deh."
"Sorry, bunga lo gak level sama gue," ucapku pura-pura.
"Yee sok banget lo, gini-gini gue udah buka cabang di Singapore, ya!" kesal Devika tidak mau kalah.
"Bodo, gue tetep gak suka!"
"Yaudah lo kalo nikah gak usah pake jasa bunga gue!" ketusnya.
"Yaudah gue juga gak mau kasih jasa prewedding ke lo!" ucapku tak kalah ketus.
Kami ini hanya bercanda, padahal umur sudah 24, tapi sifat masih terbawa di kuliahan. Huh, kalo ingat kuliah rasanya ingin bertemu dengan Mr. Lexi. Eh iya, Mr. Lexi gimana, ya?
"Hahahaha udah ah cape gue berantem, pokonya besok gue langsung cuss ya ke Villa yang lo tempatin, jangan lupa sediain makanan ama minuman mahal!"
"Nanti gue kasih selimut ama bantal aja biar lo tidur di halaman, tidur noh sama nyamuk!"
"Yee lo aja yang tidur ama nyamuk. Eh eh besok gue mau cerita deh tentang pacar gue yang sekarang, lo pokoknya wajib dengerin!"
"Ogah ah males mending gue tiduran, capek!"
"Ish lo mah, kalo doi gue yang sekarang soswit tau, dibanding doi gue yang kemarin."
"Gonta-ganti cowok mulu lo! Kesel gue."
"Yeee daripada lo jomblo dari lahir, udah gitu masih berharap lagi sama si Davyn!"
Nyess, lumayan sesak juga rasanya.
"Berisik, BYE!" Aku memutuskan panggilan sepihak, malas mendengar kata-kata Devika yang membuatku ingin melemparkan barang ke wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Side (End)
RomanceAir mataku satu per satu mulai menetes deras, aku berusaha untuk menghapusnya agar tidak jatuh terlalu banyak. "Gak usah salahin diri lo, lo gak salah, yang salah gue, gue yang salah mencintai seseorang." Aku pun langsung pergi menuju kamar mandi da...