1

11 1 0
                                    

Jakarta,

Hari ini aku pertama kali masuk kuliah dan Alhamdulillah aku mendapatkan campus yang ku inginkan. Aku langsung menuju lapangan karena sudah banyak Maba yang berkumpul di sana.

Jujur, aku sedikit deg degan karena
ini kali pertamaku memasuki campus impian yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya.

Selain itu, aku juga sendirian di sini, karena teman-teman SMA ku berbeda campus denganku. Aku seperti orang linglung yang kesepian.

"Huh, lama banget sih udah panas banget lagi," kesalku. Aku mengusap keringat yang mulai bercucuran di dahi.

Saatku selesai mengusap keringatku, aku malah dipanggil oleh senior. Aku sedikit panik dan berusaha bersikap setenang mungkin.

"Kamu yang sopan dong! Masih junior juga," bentak seniorku.

Aku benci sifat pengecutku dan aku hanya menatap ujung sepatuku saja.

"Ma-af, Kak." Aku gemetar takut setengah mati.

"Ikut saya jika sudah selesai!" bentak seniorku yang masih dengan nada tingginya.

Aku pun langsung kembali ke tempat duduk dan mendengarkan seniorku.

"Sabar ya, gue juga tadi diomelin sama senior yang sok galak itu," bisik teman di sebelahku yang aku tidak kenal siapa dia.

Aku hanya tersenyum saja karena rasa panik masih ada di hatiku. Aku berfikir nanti ingin diapain setelah ini?

"Eh btw, kenalin gue Devika," ucapnya sembari memperkenalkan diri.

"A-quela," ucapku sedikit gugup.

Saat aku melihat ke depan, aku langsung menunduk dan menyuruh Devika untuk diam. Devika pun menangkap raut wajahku dan langsung terdiam di tempatnya.

( ╹▽╹ )

Aku benar-benar takut ingin diapain oleh seniorku ini.

"Sekarang lo bawain berkas-berkas ini ke ruangan yang di sana," suruh seniorku ini.

Aku hanya manggut-manggut menuruti perintahnya.

"Sini gue bantu," ucap Devika yang tiba-tiba sudah berada di sampingku.

Aku pun tidak enak hati dan berusaha untuk tidak memberikannya.

"Gak papa elah santai aja sih, kita kan temenan sejak sepuluh menit yang lalu," tawa Devika.

"Makasih yaaa." Aku dan Devika pun langsung berjalan ke ruangan tersebut.

"Btw, ruangannya kok kayak gudang sih," ucap Devika kesal.

"Hacim," bersinku.

Aku memiliki alergi debu dan sedari tadi hanya bersin-bersin tanpa menghiraukan ucapan Devika.

"Eh idung lo udah merah banget tuh, ayo kita ke UKS," ajak Devika yang langsung panik ketika melihat kondisiku.

"Gak usah Vik, gue cuci muka juga ilang, di sini soalnya banyak debu, HACIM." Aku tidak bisa mengontrol hidungku dan langsung berlari ke kamar mandi.

"Woyyy Quel, tungguin guee," kejar Devika yang langsung menghampiriku.

Aku pun langsung mencuci muka dan berusaha untuk menyembunyikannya, karena rasanya sedikit tidak enak.

Another Side (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang