Aku bersiap-siap untuk berangkat kuliah, dan hari ini aku memakai sweater putih dipadukan dengan rok biru motif bunga, tidak lupa dengan sneakers putih. Aku juga menggunakan hijab berwarna biru.
Entah mengapa hari ini terasa dingin. Padahal cuacanya bisa dibilang hangat. Apakah aku sedang merasa kedinginan karena kurang kasih sayang?
Ah mungkin hanya perasaan sekilas saja. Aku segera mengambil kunci motor dan langsung berpamitan.
"Mah aku berangkat, Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam, hati-hati," ucap Ibuku.
Aku pun merilekskan pernafasan dan mulai berjalan dengan tenang. Namun, saat melihat kaca spion, aku terkejut melihat mataku yang merah sekali.
"Perasaan kemaren gue cuma nangis lima menit deh," bingungku di atas motor.
Tanpaku pedulikan, aku segera menancap gas si Bobby.
( ╹▽╹ )
"Devikaaa," ucapku teriak.
"Eh sorry Quel, gue gak ngabarin lo karena kemarin baterai gue abis, sorry yaaa," ucap Devika memelas.
"Lo kemarin kemana aja hah? Males banget tau gak bawa-bawa tas lo," kesalku.
"Kemaren gue lumayan pusing waktu dari kamar mandi, jadi gue langsung suruh supir buat jemput," melas Devika.
"Ya kan lo bisa bilang ke gue dulu, nanti gue yang telfon supir lo, kalo gini kan gue khawatir tau gak."
"Iya iya sorry deh yaaa, btw kok mata lo merah si," bingung Devika yang melihat ke arah mataku.
Jujur aku panik, Devika gak boleh tau kalo aku abis nangis, apalagi kalau dia tau penyebabnya cuma gara-gara cowok.
"Mmm, gue kena sabun makanya gini," ucapku asal.
"Hahahaha lo ngapain pakein sabun ke mata coba, aneh banget," tawa Devika.
"Gak sengaja, udah ah gak usah dibahas." Aku berusaha untuk mengalihkan pembicaraan.
"Lo abis nangis, ya?" tanya Devika penasaran.
"Nggak, eh kita disuruh research sama Pak Rehan tentang prewedding dan kelompok gitu, tapi gue bingung satu orang lagi siapa."
Aku melihat sekeliling dan memang sepertinya sudah dapat kelompok semua.
"Yaudah deh coba gue tanya, ya," ucap Devika sambil berjalan ke arah depan.
"Mohon perhatiannya sebentar dong," ucap Devika berani.
Kalau jadi Devika, aku tidak seberani itu, yang ada aku malah nyamperin mereka satu persatu untuk bertanya.
"Apaan sih," ucap salah satu orang.
"Gue cuma mau tanya, yang belum dapet kelompok Pak Rehan siapa? Soalnya tim gue tinggal satu orang lagi," tanya Devika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Side (End)
RomanceAir mataku satu per satu mulai menetes deras, aku berusaha untuk menghapusnya agar tidak jatuh terlalu banyak. "Gak usah salahin diri lo, lo gak salah, yang salah gue, gue yang salah mencintai seseorang." Aku pun langsung pergi menuju kamar mandi da...