25

0 0 0
                                    

Hari ini Syifa kembali ke pesantrennya karena waktunya sudah satu bulan. Aku sedih karena tidak ada lagi yang bisa kuajak curhat di rumah. Rasanya benar-benar tidak enak.

"Aaaaa, emang gak boleh ngambil cuti apa?" ucapku aneh.

"Ngaco nih Kak, kan udah satu bulan, lagian kita kan udah menjalani hari-hari bersama, eaaa." Adikku ternyata agak rada-rada, ya.

"Apa sih Fa, udah kamu gak usah masuk, sini aja."

"Ye Kakak sesat ya lama-lama, udah yuk berangkat."

Memang aku yang mengantar Syifa ke pesantrennya. Lagipula aku ada kelas siang, jadi waktunya cukup untuk mengantar Syifa.

Kami pun langsung berangkat dan berpamitan kepada orang tua kami.

"Fa, jaga diri baik-baik ya, jaga makan, jaga kesehatan, jangan sampe sakit, kalo sakit langsung aku bawa balik," nasihatku.

"Iya Kakakku tersayaang, gak usah khawatir, Kakak juga jaga diri baik-baik yaaa, jangan mikirin cowok mulu, jangan sedih lagi, aku gak suka ngeliat Kakak sedih," ucap Syifa soswit.

"Uuuuu tayanggg sini aku peluk." Aku memeluk Syifa dengan erat. Tidak ingin menjauh lagi. Rasanya hampa kalau gak ada Syifa di rumah.

Air mataku mulai menetes. Aku sangat sedih karena harus berpisah dengan Syifa. Ya, walaupun bukan perpisahan selamanya. Namun, vibenya sangat berbeda.

"Ih Kakak jangan nangis dong, ntar aku ikutan mewek," manja Syifa.

"Aku gak mau ditinggalin lagi." Aku masih memeluk Syifa erat.

"Nanti kan ada liburan kelulusan, jadi santai aja, Kak."

"Ok, kamu janji kalau kita liburan lagi bakalan jalan-jalan, ya. Kita keluar kota," ucapku sambil membentuk jari kelingking.

"Iya, janji." Syifa pun membalas jari kelingkingku.

Setelah kami melepas rindu, aku pun langsung balik menaiki mobil. Ya, aku membawa mobil orang tuaku. Sebenarnya aku baru bisa naik mobil beberapa bulan yang lalu. Jujur takut nabrak atau kecelakaan, tapi Alhamdulillahnya aku dan Syifa gak kenapa-napa.

( ╹▽╹ )

Waktunya ngampuuuuss. Huh, sebenarnya aku jenuh dan sedikit malas. Namun, aku harus pergi karena ada mata pelajaran yang penting. Sebenarnya semuanya penting sih, namun ini lumayan penting. Kalau gak masuk auto dihukum.

Terlebih lagi aku malas bertemu Davyn karena kejadian kemarin. Mana Davyn agak alay lagi. Apa aku merasa sedikit ilfeel? I don't know.

Emang dasar ya, sifatku terkadang memang labil. Masa dari sayang langsung ilfeel sih.

"Arhhh," geramku.

"Heh ngapa lo." Kak Jaxon tiba-tiba berada di depanku.

"Astagfirullah, ngapain sih," kesalku.

"Ck, gak ngapa-ngapain cuma gabut aja." Kak Jaxon malah memainkan rambutnya.

Apaan coba

Aku yang malas berdebat dan mendengar omelannya, hanya berjalan menuju kelas.

"Woy, kok gue ditinggal sih," kesalnya.

"Apaan sih, Kak!"

Aku sedang malas berdebat saat ini. Apalagi dengan Kak Jaxon. Bisa-bisa langsung darah tinggi aku.

"Nanti jangan balik dulu, gue mau ngajak lo makan."

"Hah?" Aku bingung dengan ucapan Kak Jaxon yang aneh.

Another Side (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang