28

1.1K 156 27
                                    

Selasa, 20:56 WIB
At Kediaman Suga

Sore itu menjadi hari bersejarah untuk Suga. Gara-gara ceweknya itu, Suga jadi punya janji satu hari di hari minggu nanti untuk spend time dengan Bapak. Tapi enggak bisa dipungkiri, kalau ada sebuah bunga yang tumbuh dihati cowok itu saat Bapak juga enggak menolak ide gila Asya. Bapak emang udah enggak se-strict dulu. Beliau juga sudah mulai jarang membahas perihal musik dan melarang ini itu pada anak bungsunya. Sayangnya, sampai sekarang mereka belum pernah sempat untuk chill bersama. Dan itu karena Asya.

Matahari berganti peran. Jam dinding menunjukkan pukul 9 malam. Sudah cukup lama Asya berada di kediaman pacarnya itu. Tapi entah kenapa cewek itu betah menghabiskan waktunya untuk membantu Suga mengerjakan 'Pendahuluan' yang akan diserahkan minggu depan. Padahal sebelum bertemu Ibu dia begitu bosan untuk sekedar menemani Suga. Tapi sekarang semangatnya justru melonjak, mungkin sesi jumpa dengan Ibu dan Bapak cukup membangkitkan mood Asya.

Setelah permainan catur sore tadi, Bapak dan Ibu kembali pada aktivitasnya masing-masing, begitu pula dengan dua sejoli ini. Ibu sudah tiga kali mondar mandir meletakkan cemilan di meja ruang tamu, yang tadinya meja terasa lapang dan bersih, hingga padat dan berserakan. Namun Asya dan Suga masih betah menerjemahkan jurnal-jurnal bahasa asing. Hingga sebuah lengkingan anak kecil menghentikan jari tangan Suga yang tengah menari di atas keyboard dan jari telunjuk Asya yang sedang mendikte layar laptop, memberitahu pacarnya pada kata yang typo atau kalimat yang harus dirubah. Mereka saling bertukar pandang. Mengenal suara dari luar rumah yang terus saja memanggil Ibu Suga dengan sebutan 'Genma'.

"Udah malem, ayo gua anter balik," ucap Suga buru-buru menyimpan data dan mematikan laptop.

"Eh, tanggung tapinya,"

"Nanti lanjut di google docs aja, sambil vidcall-an,"

"Ish, kalo nanti lagi keburu gak mood bantuin,  lanjutin sekarang aja, Kak."

"Gak denger itu Zilli dateng sama orang tuanya?, Gak bakal bisa lanjut, dia pasti ngegangguin kita."

Terpaksa Asya menyetujui ucapan Suga. Dia membantu cowok itu merapikan semua yang ada di atas meja ruang tamu, meletakkan piring kotor ke wastafel, membuang sampah, menempatkan sarana prasarana belajar ke kamar Suga. Enggak lupa pamit sama Ibu yang barusaja keluar dari kamarnya, karena menyadari si cucu sematawayang datang.

"Genma camkimun, Genma, Genpa." Sosok cilik bersetelan baju dinosaurus itu muncul dari balik pintu utama dengan ibunya yang berada tepat di belakang bocah itu.

"Halo Zilli, masih inget aku gak?"

Zilli yang barusaja masuk agak terheran dan bingung saat menemukan sosok Asya. Dia pernah melihat kakak yang pernah mengajaknya main, tapi sepertinya dia enggak inget.

"Ini anty Asya, yang waktu itu main sama Zilli, loh. Ayo salaman dulu sama anty," perintah ibu Zilli atau lebih tepatnya kakak ipar Suga pada sang anak. Sepertinya dia enggak ngeh kalau tangan kanan Asya sedang unfunctional.

"Hehe inget gak kamu? Tapi maafin ya, tanganku lagi enggak bisa salaman dulu, nih." Asya merendah dan menjawil gemas hidung bocah yang keahlian bicaranya sudah meningkat pesat itu.

Berbeda dengan ceweknya yang terlihat baik-baik saja oleh kedatangan Zilli, Suga justru berbanding terbalik. Cowok itu ingin segera keluar dari rumah. Bukannya enggak mau mempertemukan Asya dengan sang keponakan, melainkan dengan sosok yang sudah membuat Niki menderita bertahun-tahun. Suga enggak mau membiarkan Asya bertemu lama-lama dengan abangnya yang dia anggap bedebah.

KATING || MIN YOONGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang