20

2.3K 288 23
                                    

Jumat, 21.30 WIB
at Asya's Home

Hujan mengambil andil dalam menciptakan dinginnya udara malam. Suara rintiknya ikut berbaur dengan dua kawula muda yang asyik bercengkrama, membahas sisa-sisa argumen dari diskusi petang tadi.

"Kalo emang harus turun, kita semua pasti siap, Ram." Sulut Asya. Kini tanpa embel-embel kakak. Katanya, ketua Hima teknik sipil itu seumuran dengannya.

"Udah, lu fokus dulu aja sama KKN lu. Lagipula masih banyak yang harus di diskusiin." Rama menyeruput kopinya. Keningnya berkerut menyusun puzzle bersketsa tokoh pewayangan 'Krishna'.

"Iya. Jangan lupa senin anterin gue ya?" Rama tertawa melihat Asya bertindak sok imut. Walaupun pada nyatanya beneran imut. Cowok itu mengacak rambut Asya dan mengangguk. Andai saja Suga melihat ini. Sudah pasti akan ada baku hantam saat itu juga.

Rinai hujan perlahan memudar, hingga akhirnya benar-benar berhenti. Tanda sudah waktunya Rama untuk pulang. Cowok itu sudah rapih dengan jaket kulit serta helmet yang di jadikan tas di tangan kirinya. Siap untuk berpamitan dengan anak sulung keluarga Gumelar.

"Loh, udahan pacarannya?" Asya memutar malas bola matanya. Sudah berapa puluh kali dirinya memberitahu sang kakak kalau Rama bukan pacarnya. Tapi tetap saja perempuan itu memang suka berguyon. Entah berguyon atau berharap.

"Ck udahlah, Kak. Rama mau pulang." Ucap Asya setengah menahan kesal karena terus-terusan diledeki. Sebenernya, ingin sekali Asya bilang kalau dia sudah punya pacar. Tapi, enggak mungkin dalam waktu dekat ini. Asya enggak mau trauma Niki kambuh hanya karena menyatakan bahwa dia adalah ceweknya Suga.

"Salam buat Ayah sama Bunda, gua balik dulu." Asya mengangguk, menatap Rama yang sudah berada di atas motor. Siap untuk menancap gas.

Usai Rama menghilang dari indera penglihatannya, Asya kembali menutup pagar dan berjalan ke dalam rumah. "Kak, Rama itu Hindu. Jadi enggak mungkin satu." To the point Asya yang terus melalui kakaknya yang sedang asyik menonton televisi. Tanpa menunggu Niki membuka mulutnya, Asya dengan cepat masuk ke dalam kamar.

🌼🌼🌼

Senin, 08.30 WIB
At Railway Station

Sebenarnya, jadwal keberangkatan KKN Asya masih seminggu lagi. Karena beberapa faktor internal ataupun ekternal, jadilah dia berangkat minggu ini. Tepat seminggu terakhir Suga akan menyudahi pengabdiannya pada masyarakat.

Seperti yang sudah dijanjikan. Hari ini Rama yang mengantar Asya ke stasiun. Cowok itu membantu membawakan setengah barang milik Asya. "Miss you, already." Ucap Asya mengambil barang yang ada di tangan Rama.

"Hati-hati, kalau ada sinyal berkabar." Ucap Rama sebelum melambaikan tangan pada cewek yang sudah memasuki kereta itu.

" Ucap Rama sebelum melambaikan tangan pada cewek yang sudah memasuki kereta itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rama memperhatikan Asya yang sudah berada di dalam kereta. Napasnya menghempas mengingat status cewek itu yang sudah memiliki Arjuna. Dirinya hanya dapat tersenyum miris saat cewek itu sedang bertukar kabar atau bertelepon ria dengan sang pacar ketika sebelum ataupun sesudah rapat. Cemburu? Jelas saja. Tapi siapa dia. Enggak lebih dari teman dekat. Lagipula, Rama sadar. Dia dan Asya berbeda. Tapi tetap saja, jangan salahkan Rama jika dia jatuh hati pada Asya. Cinta enggak pernah pilih-pilih. Rama juga enggak pernah menyangka kalau hatinya memilih Asya.

KATING || MIN YOONGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang