8

2.6K 336 18
                                    

Rabu, di Studio Musik
16.30

"BANGSAT–..." Suga melempar buku tebalnya ke atas meja. Bener-bener ngebuat Asya kaget. Untung aja Asya ngga jantungan. Ngga ada angin, ngga ada hujan tiba-tiba ngumpat gitu.

"Ssttt tenang dulu. Semua akan baik baik aja." Lagi. Tanpa ada kata kenapa. Sudah tahukan, kalau Asya terbiasa menenangkan orang tanpa kata kenapa. Tapi kali ini, sepertinya emosi cowok yang sudah resmi jadi pacarnya itu sedang di atas ubun-ubun.

"Sya, lo kenapa sih ga pernah nanya masalah gua tuh apa ? Kenapa langsung bilang semua baik-baik aja ?" Suga duduk di sofa yang juga diduduki Asya. Cowok itu menatap Asya tajam. Sangat tajam.

"Tanpa gua bertanyapun. Lo pasti akan cerita dengan sendirinya, Kak. Kalau lo emang butuh." Kata Asya selembut mungkin.

"Tapi yang ini ngga akan baik-baik aja. Kata kenapa bukan cuma buat sekedar kepo, Sya." Kini Suga berasumsi lain. Cowok itu emang setuju waktu Asya bilang kata kenapa dari seseorang bukan berarti dia peduli. Tapi kali ini, Suga merasa ia harus ditanya oleh sang pacar. Wajar bukan ? Suga meminta perhatian dari Asya yang bernotaben sebagai 'ceweknya'.

"Sorry. Yaudah, sekarang kenapa ngga akan baik-baik aja ? Semua masalah ada solusinya, Kak." Asya mengalah.

Suga melempar hpnya ke atas meja dan diambil oleh Asya. Apa maksudnya ? Asya ngga ngerti dengan foto gitar rusak yang Suga tunjukan kepadanya.

"Gitar lo ?" Suga mengangguk lemah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gitar lo ?" Suga mengangguk lemah.

"Itu gitar kenangan dari almarhum kakek. Dan bokap gua malah ngehancurin itu." Mendengar ucapan Suga, Asya jadi makin penasaran kenapa ayah Suga begitu benci dengan musik. Hanya karena takut masa depan Suga tidak terarahkan ? Asya kira bukan hanya itu.

"Kak, bukan maksud gua mau menggurui lo. Tapi di dunia ini ngga ada yang abadi. Termasuk gitar lo. Rasa sayang lo ke kakek bukan sekedar gitar. Ada atau ngganya gitar itu, ngga akan ngubah rasa sayang lo ke kakek." Ucap Asya panjang lebar sambil mengelus lembut tangan Suga. Menyalurkan sensasi tenang pada cowoknya itu.

Entah, Suga ngga tahu apa yang ada di dalam diri Asya. Selalu saja ia berakhir luluh akan ucapan cewek yang sedang tersenyum itu. "Senin besok udah pekan uas. Jangan pikirin hal yang bisa ngancurin mood lo, kak. Kita cari solusi untuk masalah lo sama bokap setelah uas."

Suga ngangguk nurut. Sudah berapa kali cowok itu mengikuti arahan Asya sejak ia mengenal cewek ini. Ngga, Suga ngga lagi ngebucin. Tapi cewek spesialnya emang punya magnet tak kasat mata yang selalu menarik hati Suga untuk mengikuti arahannya. Sampai detik ini, Suga ngga merasa keberatan. Karena attention yang Asya berikan selalu berdampak positif untuknya.

"Sya– jangan tinggalin gua."

"Gimana kalau sebaliknya ?"

Suga diem. Kenapa dia ngga jawab ? Apa dia akan meninggalkan Asya ?

KATING || MIN YOONGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang