18

2.2K 268 11
                                    

Jumat, 12.30 WIB
At Rumah Singgah

Gelak tawa memenuhi ruang sederhana bertembok penuh stiker. Senyum merekah menghiasi wajah para anak kecil yang duduk manis mendengarkan lantunan dongeng Si Kancil. Mereka begitu antusias dengan cerita yang dibacakan cewek berhijab abu-abu itu.

Ada yang sedikit berbeda hari ini dari Asya. Cewek itu menutup rambutnya dengan sebuah khmer. Enggak ada alasan khusus untuk itu. Cuma rasa ingin dari lubuk hati.

"Yuk, bilang apa sama Kak Asya?" Ucap Chika setelah Asya selesai bacain dongengnya.

"Terima kasih Kak Asyaaaa..." Ucap anak-anak itu serempak dengan huruf a di belakang yang diintonasikan dengan panjang.

"Terima kasih kembali, sayang-sayangku."

"Kak Asya, aku kok baru liat kakak? Kakak sering-sering kesini dong. Aku suka sama Kak Asya." Pernyataan polos bocah laki-laki membuat Asya terkekeh.

"Iya, kalau ada waktu luang kakak pasti kesini kok." Ucap Asya mencubit pipi gembul bocah rambut mangkok itu.

Waktu sudah menunjukkan anak-anak harus mengisi perutnya dengan makan siang. Asya dan anak psikologi lainnya menyiapkan box makanan yang sudah dipesan dari jauh hari. Cewek itu memberikannya satu-persatu kepada anak-anak yang berbaris. "Kak Asya, Abli mau disuapin sama kakak." Ucap bocah lima tahun bernama Abrisam. Nama yang serupa dengan kekasihnya diujung pulau.

"Boleh. Tapi, emangnya Abri enggak malu sama kawan yang lain kalau disuapin?" Asya merendah dan bertumpu luntut. Cewek itu mengusap legam bocah hitam manis itu.

Abri menggeleng mantap. Anak itu tetap mau disuapi oleh Asya. "Yaudah, tunggu sebentar ya." Lembut Asya sambil terus memberikan box makanan ke anak yang lain.

"Bri, malu kali udah gede masih minta disuapin," terdengar suara bariton yang berasal dari cowok di belakang Asya bertumpu.

"Bodo amat." Asya memperhatikan percakapan bocah itu dengan cowok Berkemeja kebanggaan jurusan teknik sipil, yang Asya yakin di punggung kemeja yang dikenakan cowok itu terdapa huruf-huruf besar bertuliskan 'TEKNIK SIPIL'.

Sambil terus mengingat-ngingat wajah cowok berlesung pipi itu, Asya berdiri di hadapannya "Kak.... Rama?" Tanyanya memastikan.

Cowok itu terkekeh kecil. Manisnya. "Ingetan lu hebat juga ya,". Dia adalah ketua Hima jurusan Teknik Sipil. Asya sempat berkomunikasi saat cowok itu diminta untuk jadi salah satu pembicara di acara jurusannya.

"Haha...Om swastiastu." Salam Asya bertoleran.

"Om swastiastu, Asya."

"Kok lu bisa disini, Kak? Ada keperluan?" Tanya Asya penasaran.

Rama mengedikkan bahunya, baru cowok itu mau angkat bicara. Tiba-tiba suara Chika mengudara dari arah belakang Rama "dia emang sering main kesini kak. Katanya jurusannya gapunya yang beginian." Sindir Chika membuat Asya menganggukan kepala.

Usai memberi anak-anak makan, sekadang Asya dan kawanan lainnya yang makan. Mereka memberhentikan tukang mie ayam yang memang setiap harinya berkeliling di daerah itu. Semua berbincang di pinggiran rumah singgah, termasuk Jungkook yang daritadi setia nemenin kakak sepupunya dan setia lapor sama cowok di sebrang pulau.

 Semua berbincang di pinggiran rumah singgah, termasuk Jungkook yang daritadi setia nemenin kakak sepupunya dan setia lapor sama cowok di sebrang pulau

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
KATING || MIN YOONGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang