9

11.9K 1.7K 447
                                    

Ok. Pinter pinter ya. jangan salah lapak.

Jangan lupa vote dan komennya ya.

Happy Reading.

.
..
...
..
.

Tes

tes

tes


Air dari ujung celana pendek Mark menetes membasahi lantai Unit Gawat Darurat rumah sakit. Bahkan sudah ada dua perawat yang melewatinya menyuruhnya untuk duduk menunggu di salah satu kursi yang sudah disediakan, tapi ia masih tetap setia berdiri, di balik pembatas kain hijau itu. Entah kenapa rasanya sangat enggan untuk berpindah dari posisinya yang sekarang.

Beberapa orang terlihat berlari membawa sebuah troli alat pemacu jantung dan menyibakkan kain hijau itu. Mata Mark bergerak sangat cepat untuk mencuri lihat kedalam sana. Ia bisa melihat seorang dokter berusaha memompa alat bantu pernafasan yang terhubung di mulut Haechan, dengan baju yang sudah di tanggalkan.

Tak lama, kain hijau itu tertutup lagi. menyisakan bunyi yang berusaha Mark curi dengar di tengah-tengah suara gaduh UGD yang ramai. Namun, daun telinganya tidak dapat menangkap bunyi yang berarti.

Tangan Mark mengepal. Ia mengambil handphone yang ada disakunya. Sudah ada nomor kontak itu dilayar ponselnya sejak ia belum sampai di rumah Haechan tadi.

911.

Mark berniat melaporkan kejadian yang menimpa Haechan ke polisi. Dan setelah melihat bagaimana tubuh yang di angkatnya tadi sudah sangat dingin, dan hampir tdak bernafas, terlebih ketika dokter terlihat tergesa-gesa melakukan pertolongan padanya, Mark menekan panggilan.

Ia sangat yakin melakukannya.

Baru saja ia mengarahkan ponselnya ke telinga dan terdengar nada sambung, seseorang merampas ponsel itu dari belakang.

Mark berbalik dan mendapati seorang perempuan, berambut hitam panjang sedang mematikan sambungan telepon di ponselnya.

"Berpikirlah lebih panjang jika kau tak ingin Haechan berakhir ditangan ayahnya sendiri." Ucap gadis itu.


"Siapa kau ?"

Suara Mark menjadi sangat parau. Entah karna derasnya hujan atau usahanya untuk membentung tangisnya sejak tadi. Tapi ia tidak peduli.

Sosok perempuan itu mengambil tangan Mark dan meletakkan handphone itu disana. Kemudian melenggang kesalah satu bangku terdekat dan duduk dengan sangat angkuh disana.

Paras cantiknya, dengan umur berkisar kurang lebih sepantaran dengannya dan Haechan juga, dandanan menornya yang terkesan berlebihan, tidak membuat Mark tertarik sama sekali walaupun ia berpenampilan sangat seksi.

Siapapun gadis itu, ia tentu tau banyak hal. Bahkan bisa saja semuanya. Ia bahkan tau jika Mark sedang berniat menghubungi polisi untuk melaporkan ayah Haechan.

"Aku akan menunggu Haechan. Kau pergilah . Kasihan Renjun sendirian. Setidaknya semuanya akan aman dalam seminggu ini."

Siapapun gadis itu, dia benar-benar menyadarkan Mark sepenuhnya akan kekalutannya sendiri. Walaupun dengan sangat berat hati Mark meninngalkan UGD, tapi ia tidak mungkin membiarkan Renjun sendirian di rumah besar itu. Terlebih dalam kondisinya yang serba terbatas.

Mark melangkah pergi dari rumah sakit bersamaan dengan dokter berhasil mengembalikan detak jantung Haechan yang sempat hilang. semenit sebelumnya.

.

..

...

..

.

[FF] BE MINE •Markhyuck ^ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang