24

6.1K 815 294
                                    




Doube ?  No. This is tripple

jangan lupa tinggalkan jejak. makasih.

.

..

...

..

.

"Apa yang coba kau percayai Jaem ?"

Tanya Haechan masih setia dari posisinya dengan menggenggam erat pistol yang berhasil dicurinya dari detektif Park ketika di rumah sakit tadi.

"Kau tidak bisa mengelabuiku bocah. Nana jelas-jelas menulis namamu di surat terakhirnya. Bukan aku."
Ya, Jaemin masih mencoba mempertahankan pendapatnya.

Haechan berusaha mengingat apa yang terjadi waktu itu. Nama familiar yang diucap Jaemin membuatnya bernostalgia sejenak pada laki-laki manis teman sekelasnya tiga tahun lalu.

"Aku yang menyuruhnya untuk membeli alat tes hamil karna dia mengaku mual beberapa waktu...

...dan aku juga yang menyuruhnya untuk mengakhiri hidupnya karna dia tidak ingin kau tau tentang anaknya."

Seketika itu, Jaemin berbalik dan langsung mencengkeram leher Haechan kuat dengan satu tangan.

Haechan tidak sempat mengantisipasi tindakan itu, terlebih Jaemin bisa dengan mudah membalik senjata apinya yang kini ujung moncongnya menghadap tepat ke dada Haechan.

Tapi Haechan masih bersikap santai. Meskipun manik mata yang ditatap Haechan kini berubah menjadi kilatan iblis yang syarat akan kebencian.

Dapat ia dengar pula, Jaemin sedang menggelatukkan giginya kuat-kuat dengan mulut terkatup rapat.

"Aku bisa mematahkan lehermu sekarang juga jika aku mau Haechan. Tapi tidak akan kulakukan. Aku ingin kau menderita sedikit lagi."

Jaemin menekan satu titik dengan jari telunjuknya di leher Haechan. Itu benar-benar menyakitkan. Haechan kesulitan mencuri pasokan udara agar ia tetap bernafas karnanya.

Dan satu kaki Jaemin, mendorong kursi roda Renjun menjauh dari mereka. Namun semakin mendekati ujung batas beton rel kereta api.

Sangat pelan, bahkan Haechan tidak menyadarinya jika saja ia tidak melihat seringaian Jaemin di ujung bibirnya.

"Tunggulah. Kejutan utama belum datang."

Hingga sebuah suara tembakan dengan sebuah peredam, terdengar cukup kencang mengoyak daging dan membuat panik beberapa orang disekitar mereka.

Sebuah tembakan yang berhasil menembus tepat di satu titik vital. Seiring dengan itu, seringai dari sudut bibir Jaemin memudar. Menampilkan sebuah wajah setan tanpa ekspresi. Tanpa kata-kata.

Hingga hanya dalam dua detik, tubuh itu terjatuh tak berdaya. Melepaskan sebuah rembesan darah di lantai. Tak berdaya dengan mata terbuka. Seolah melihat pada bagian bawah kursi tunggu yang berada di stasiun dengan tatapan kosong.

Membuat jantungnya berhenti berdetak, membuat parunya berhenti meraup oksigen, dan membuatnya meregang nyawa dalam waktu sesingkat itu.

Bahkan tanpa ia sadari, cekikannya di leher Haechan terlepas begitu saja, dan saat ini, laki-laki itu sudah maju untuk menghentikan jalannya kursi roda sang adik yang sudah mencapai bibir beton.

Beberapa orang polisi berlari untuk mengamankan keadaan, dan menghentikan kepanikan di stasiun kereta bawah tanah.

Haechan melihat sekilas sebelum beberapa orang polisi dan tenaga medis mengambil Renjun dan membawa serta dirinya meninggalkan lokasi tempat dimana Jaemin, berakhir dengan peluru di kepalanya.

[FF] BE MINE •Markhyuck ^ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang