35 [End]

7.1K 553 43
                                    

Lama ya ?

Lagi evaluasi anjr. Sorry

Yg mampir bot nanya "Thor, lu ga mati kek yg di fyp gw kan ?"
Plisssss, gw sehat sehat segar bugar. :semoga sih. Hehe

Cuman pusing sama tugas aja akhir2 ini

Happy reading.
.
.
.
.
.
.
.

"Apa yang sedang kau fikirkan ?"
Suara sapaan Bunda mengisi pendengarannya tiba-tiba di tengah malam seperti ini.

Taeyong Jung, yang keluar kamar pada jam 2 dini hari karna merasa kehausan, mendapati salah satu dari anak kembarnya sedang berdiri termenung di depan jendela ruang keluarga dan menatap jalanan di depan sana yang lengang.

Bunda cukup tau, jika ada sesuatu yang mengusik Min Hyung sehingga anaknya itu belum beristirahat di kamarnya sekarang. Karna ia paham betul jika Min Hyung bukanlah tipikal anak yang suka bergadang untuk hal-hal yang tidak perlu. Berbeda dengan Mark yang bisa menghabiskan malamnya untuk sekedar membuat gaduh dan bising dengan alat-alat musiknya. Karna itu juga kamar Mark sengaja dibuat kedap suara. Jadi jika tidak ada jendela atau pintu yang terbuka, tidak ada yang akan mendengar rutinitas Mark di dalam sana.

Taeyong mengelus kepala anaknya lembut. Rasa haus yang melandanya sedari tadi tiba-tiba hilang begitu saja melihat urat tegang dikepala Min Hyung. Khawatir dan resah. Seperti semuanya bersatu disana.

"Ada yang ingin kau katakan Hyungie ?"

Min Hyung mengerjapkan matanya pelan. Ia sendiri tidak mengerti dan tidak tau apa yang harus ia katakan kepada ibunya itu. Ini bukan sesuatu yang bisa ia utarana dengan perasaan tak nyaman. Tapi fikirannya terasa benar-benar penuh. Nafasnya sesak dan terasa tercekat Bahkan untuk tidur saja ia hanya berhasil mengusutkan sprai tidurnya karna terus berguling dan berganti posisi.

"Apa tidak apa-apa Bunda ?"

Alis kiri Taeyong terangkat. Min Hyung tidak pernah benar-benar bisa berada di posisi yang pas sebagai anak yang pandai untuk bercerita. Ia terhitung buruk dalam lingkungan sosialnya. Karna itu ketika ia melakukan sesuatu yang 'janggal' dalam artian 'tidak pernah ia lakukan', ia merasa menjadi orang yang berbeda.

Bunda cukup tau jika yang menjadi pembahasan dalam topk keresahan Min Hyung adalah perihal Mark dan Haechan. Taeyong bahkan tidak mengerti dari apa Tuhan menciptakan struktur hati anak lelakinya ini. Ia begitu baik. Seolah tuhan salah meletakkan hati malaikat ke dalam dirinya.
"Menurutmu, apa ini yang terbaik ? Maksudku... Entahlah." Min Hyung kembali menunduk. Mengistirahatkan mata Jeno yang kini bersarang di dalam kepalanya sejenak dengan menutup mata dan menarik nafas dalam.

"Aku tau kau bingung." Bunda mengelus pelan punggung Min Hyung.

"Disatu sisi, kau ingin melindungi adikmu, dan juga mendapatkan seseorang yang sangat kau sukai. Tapi disatu sisi kau berat hati melepaskan study dan cita-citamu serta kau takut akan mengecewakan Mark dan juga Haechan karna keputusanmu sekarang. Keduanya sama-sama memiliki resiko dan tingkat egoisnya sendiri. "

Min Hyung menghembuskn hafas beratnya sebelum kembali nematap lurus pada jalanan engang dengan cahaya lampu di depannya.

"Jika bunda diposisiku, apa yang akan bunda lakukan ?" Tanyanya kemudian. Ia terlalu buntu berfikir ketika yang dikatakan oleh Bunda, memang benar adanya.

Min Hyung ingin berteriak jika ia ingin mendapatkan kebahagiannya, ia ingin melindungi Mark juga, tapi ia ingin harapan dan cita-citanya terpenuhi. Tapi ia terlalu egois untuk mendapatkan semua itu tentu saja. Dan itu tidak mungkin. Ia tetap harus memilih salah satu.

[FF] BE MINE •Markhyuck ^ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang