28

5.9K 939 283
                                    

Happy end ya ?

Happy reading dlu

Buat yg DM bilang "Kak ceritanya terlalu slow alur. Kurng menantang"
Mksih ya. Tpi ceritanya udh selesai ketik. Bahkan smpe extra part udah. Jd tinggal up. Mau ganti2 mager. Lgi bnyk tugas, ngejar matkul. Wkwkwkw..

.
..
...
..
.

Haechan mengusap wajahnya kasar di depan wastafel. Ia pikir, hari-hari terberat dalam hidupnya sudah berlalu dua minggu yang lalu.

Kepergian Mark ke kanada dan kabar penyakit Renjun.

Ia pikir ia akan terbangin dari dua mimpi buruk itu dan menemukan dirinya di depan kamar rumah sakit sang adik untuk mengajaknya jalan-jalan di taman. Atau mendapat suapan makan siang dari Mark.

Hhaha, indah bukan ?

Nyatanya, ia hanya menemukan dirinya di dalam kamar mandi seharian setelah dokter menyatakan fungsi kedua ginjal Renjun sudah di bawah 10% dan tidak ada yang bisa mereka lakukan lagi.

Bahkan Haechan tidak memiliki kekuatan untuk melihat adiknya yang kini hanya terpasang selang sana sini di tubuhnya. Miris. Dokter sudah memasrahkan pihak keluarga untuk melakukan mediasi agar merelakan Renjun saja. Tapi ia ingin tetap mempertahankannya.

Johnny sama sekali tidak bisa diharapkan. Laki-laki itu hanya terdiam, melamun lalu tiba-tiba menangis. Seperti orang depresi menurut Haechan. Tidak membantunya menemukan solusi yang tepat, malah membuat Haechan larut dalam ke kalutan.

Haechan menatap pantulan dirinya dicermin. Ia melihat seorang yang mengerikan disana. Ia harap semua ini dapat ia lewati dengan cepat. Ia merasa lelah dan ingin istirahat.

Hingga sebuah nama terbersit di kepalanya.

"Mark"

Sosok yang bisa saja saat ini sedang memeluknya sambil mengelus pundaknya memberi semangat. Atau menyuruhnya tidur dan beristirahat dengan sebuah pelukan.

Haechan berjalan keluar toilet setelah memastikan ia membasuhkan air kembali ke wajahnya hingga basah. Berharap semua beban dan masalahnya hilang termasuk kerinduannya akan sosok Mark.

Tapi belum genap 10 langkah dari tempatnya berpijak, ia terhenti. Matanya menangkap sosok yang familiar di depannya.

"Ayolah. Sekarang kau mulai berhalusinasi melihat Mark."

Tapi sosok yang Haechan akui sebagai Mark itu sedang mendorong besi selang infus dan sedang berjalan meyusulnya. Lalu berdiri tepat di depannya. Seolah, laki-laki yang mengenakan seragam rumah sakit itu memang ada dan memang bertujuan untuk menemuinya.

Tangannya yang tidak mendapat infus terangkat dengan kikuk. Melambaikan tangan seolah memberi sapaan. Sebuah senyum tercetak disana.  Hingga Haechan sedikit terkejut.

"Min Hyung ?"

Setelah di lihat-lihat, ada perbedaan dari diri Mark dan saudara kembarnya. Haechan bahkan semoat membayangkan jika Mark berpenampilan culun seperti Min Hyung atau Min Hyung berpenampilan keren dan urakan seperti Mark, Haechan tidak akan bisa membedakan mereka.

Tapi mereka memiliki senyum yang berbeda.

Senyum Min Hyung lebih terlihat sangat natural dan manis. Mengembang tanpa ragu di bibirnya memperlihatkan deretan gigi kecilnya yang rapi.

Senyuman Mark yang Haechan tau lebih terlihat enggan dan berat. Hanya senyuman tipis. Atau malah seringaian ketika mereka di ranjang. Itu saja. Tapi tetap saja mempesona untuk Haechan.

Melihat senyum Min Hyung hati Haechan bergetar. Ada bunyi disana. Seolah meraung meminta agar tubuhnya memeluk pria itu. Haechan tidak menyadari selama mengenal Min Hyung, selama laki-laki itu mengikutinya sejak JHS atau sampai kelas akhir SHS.

[FF] BE MINE •Markhyuck ^ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang