Bagian Tiga Puluh || Jangan Hilangkan Kenangan Lama

82 8 0
                                    

Happy reading
(

Mulmed: Ansello)

***

"Sahara!"

Dia Ansello. Laki-laki yang paling mirip dengan tunangannya. Bagaikan pinang di belah dua, mereka nyaris tidak mempunyai perbedaan sama sekali. Mungkin kecuali perilaku mereka yang berbeda.

Tapi jauh dari perilaku keduanya yang bertolak belakang, Ansello tetaplah cerminan sosok Angelo. Laki-laki itu bahkan mengubah warna rambutnya menjadi hitam, sama seperti warna rambut Angelo semasa hidup.

Senyum tipis ia umbar ketika Ansello semakin mendekat ke arahnya. Raut wajah datar itu seolah menegaskan jika yang berada di depannya adalah Ansello.

Perubahan signifikan Ansello sangat membuat Sahara membatu untuk beberapa saat. Awalnya ia kira itu Angelo, tapi lagi-lagi kenyataan menamparnya. Harapan Sahara kepada Angelo terlalu besar sampai ketika ia kecewa pun, ia masih terus berharap.

Sahara memandangi setiap lekuk wajah Ansello. Hidung mancung, mata tajam, bibir tipis serta rahang kokoh Ansello sangatlah mirip dengan milik Angelo, kecuali bentuk mata mereka. Begitu banyak kemiripan diantara keduanya. Bahkan iris mata coklatnya pun terasa sama.

Ia tersenyum kecut ketika rasa sesak di dadanya kembali menyapa. Tangan kanannya memukul pelan dadanya. Berharap rasa sesak yang menyiksa itu segera pergi.

Ansello menghela nafas berat. Mungkin keputusannya muncul kembali di hadapan Sahara adalah hal yang salah. Dia tidak ingin merusak mental Sahara gara-gara teringat Angelo lagi. Tapi bukan tanpa sebab ia memutuskan muncul di hadapan gadis pemilik lesung pipi itu setelah bertahun-tahun menetap di Texas.

Ada yang perlu Ansello katakan.

Pandangan Ansello tertuju kedalam pemakaman. Lebih tepatnya tertuju pada satu makam yang terletak tidak jauh dari pintu masuk pemakaman. Disana terdapat bunga Lily putih. Ansello sudah menduga bahwa Angelo adalah orang pertama yang akan Sahara datangi.

Masih Ansello ingat dulu dia dan Aeros ingin memisahkan Angelo dari Sahara. Tapi ketika dua orang itu berpisah, dia dan Aeros justru merasa sangat bersalah sampai selalu dihantui perasaan tidak nyaman begitu melihat bunga-bunga milik Angelo di taman mansion keluarga Ainsley.

Bunga-bunga itu seakan menyalahkan Ansello karena bersikap tidak baik pada Sahara. Setelah gadis itu pergi dari Indonesia pun Ansello belum mengungkapkan permintaan maafnya tulusnya secara pribadi. Jadi, disinilah Ansello berada. Di depan gapura masuk pemakaman, menghadang Sahara yang hendak pulang.

Mata gadis itu sembab, bajunya pun sedikit kotor. Mungkin karena Sahara bersimpuh di samping makam Angelo, pikir Ansello.

"Gue pengen ngomong,"

Sahara mengangguk kecil. Tangannya bergerak membersihkan debu-debu yang menempel di pakaiannya lalu mengikuti langkah Ansello menuju sebuah cafe minimalis di seberang pemakaman.

Punggung Ansello sama tegapnya seperti Angelo. Bahkan dari belakang pun Sahara seperti melihat Angelo lagi setelah bertahun-tahun. Biar saja, untuk hari ini Sahara ingin mengenang kembali sosok Angelo walau dengan jiwa dan raga yang berbeda.

Keduanya duduk di bangku khusus dua orang. Tepat saat itu pula seorang waiters menghampiri mereka.

"Angelo suka Americano, jadi aku juga mau coba. Kamu juga pesen Americano, kan, Je- "

Winter for Sahara | Lee Jeno [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang