Happy Reading
(Angelo)
PS: Angelo rambut hitam, kalo Ansello itu rambut pirang. (Bagi yang sulit bedain)
Chapter 13
Ansello menatap Airis yang berada di sampingnya. Diam-diam kembaran Angelo itu menyunggingkan senyum tulusnya. Jarang sekali Ansello senyum tulus. Jika boleh dibandingkan, Ansello itu lebih mirip Antares dibandingkan Aeros dan Angelo—mirip dalam artian sifat mereka.
Jus apel itu di seruputnya secara perlahan. Wajah dingin Ansello dan rambutnya yang memakai gel seakan menjadi pembeda antara dirinya dan Angelo.
Ansello merilekskan tubuhnya. Sudah cukup dia melatih ototnya. Kaus oblongnya sudah dibanjiri keringat. Diantara para saudaranya, hanya Ansello yang malas jatuh cinta. Tapi bukan berarti Ansello punya orientasi seksual, tidak!
Menurut Ansello, jatuh cinta merepotkan. Seperti Angelo yang repot-repot mencari bunga dan segala macam hanya untuk menyenangkan hati Sahara. Padahal menurutnya itu sangat tidak penting dan tidak romantis.
Atau mungkin Ansello yang aneh. Pasalnya setiap didekati perempuan, dia tidak pernah jatuh cinta pada paras menawan mereka. Rasanya seperti—semenawan apapun gadis itu, tidak akan bisa menyaingi kecantikan Alice dan Airis.
Sejak kecil Ansello hanya melihat dua perempuan dalam hidupnya. Yakni Mami dan Airis. Bagi Ansello mereka berdua lah yang paling cantik. Ansello memang tipe orang yang sulit menerima orang baru. Maka dari itu dia selalu berusaha untuk tidak jatuh cinta dengan mudah. Baginya Mami dan Airis saja sudah cukup. Tidak perlu gadis lain. Ya, setidaknya untuk saat ini.
"Mikirin apa?"
Ansello tersentak saat Airis mengelap wajahnya dengan handuk. Walau begitu dia tetap membiarkan Airis berbuat semaunya terhadap Ansello.
"Ris?"
"Minum air putih dulu," Airis menyodorkan segelas air putih kehadapan Ansello yang langsung disambut baik oleh laki-laki berwajah dingin itu.
Airis mengambil handuk lain untuk mengeringkan rambut Ansello. Posisinya Ansello duduk selonjoran di lantai sedangkan Airis duduk di kursi belakang Ansello. Jemari lentiknya mengusak rambut Ansello lembut.
Sentuhan yang Ansello sukai.
"Hubungan kamu sama Bang Ares, gimana,Ris?"
Airis menghentikan gerakan tangannya. "Aku lebih tua satu tahun dari kamu ngomong-ngomong."
Ansello tergelak. Suara tawanya sungguh ringan tanpa ada kesan dibuat-buat. "Kita sebenernya cuma beda beberapa bulan. Kamu pasti tau itu, Ris."
"Tapi aku lahir delapan bulan lebih cepat dari kamu, Lean."
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter for Sahara | Lee Jeno [Selesai]
General Fiction[TRIOLOGI BAGIAN 2] "Untukmu malaikat tanpa sayap yang kucintai sampai akhir." ••• Dimata Sahara, Angelo itu sempurna dengan caranya sendiri. Tidak terkesan dibuat-buat atau dilebih-lebihkan. Kesederhanaan Angelo dalam menunjukkan perasaannya membua...