Bagian Dua puluh lima || Malaikat tanpa sayap

38 9 1
                                    

Happy Reading

Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagian 25


"Gimana keadaannya, Dok?"

"Pasien baik-baik saja sekarang. Syukurlah sayatan nya tidak terlalu dalam dan saya sarankan untuk membawanya ke spesialis kejiwaan agar depresinya tidak semakin besar." Nash mengangguk, dia tersenyum sopan. Tentu saja akan Nash lakukan demi memperbaiki psikis Sahara. Sahara harus sembuh, mimpi gadis itu masih panjang, dan gelar Dokter spesialis kejiwaan yang diinginkan Sahara masih panjang.

"Apa sudah boleh ditengok, Dok?"

"Silahkan. Namun pasien belum sadar, usahakan untuk tidak membuatnya kembali stress."

•••

Nash mendudukkan dirinya di depan ruangan psikiater tempat dimana Sahara berada. Perkataan Dokter Minggu lalu terus terbayang-bayang di benak Nash. Mengenai keadaan Sahara yang memburuk setelah kepergian Angelo. Di dalam sana Sahara ditemani Sagara dan Prince, sedangkan Nash baru saja datang setelah menghadiri meeting pertama nya.

Seminggu ini sangat berat untuk Sahara. Nash tahu itu. Setiap malam setiap dirinya berkunjung, gadis manis itu selalu menangis dalam diam seraya menggumamkan nama Angelo terus-menerus. Dan seperti malam-malam seterusnya, Nash selalu pergi setelah memastikan Sahara tertidur lelap.

Sampai saat ini baik teman-teman atau pihak keluarga Sahara masih belum memberitahu keadaan Sahara kepada keluarga Ainsley. Sagara bilang, mereka semua masih berduka, maka biar saja sekarang keadaan Sahara dirahasiakan lebih dulu sampai saat yang tepat.

Namun keberadaan seseorang yang mengaku putri keluarga Ainsley di hadapan Nash membuatnya bingung. Selama ini tidak pernah ada berita kalau keluarga Ainsley mempunyai anak perempuan, yang Nash tahu semua anak Keano Rivera Ainsley itu semuanya laki-laki. Tidak ada yang perempuan.

Lalu siapa perempuan berkharisma namun berwajah dingin dihadapannya?

Nash berdiri, raut wajahnya menyiratkan ketidakpercayaan atas pengakuan perempuan itu. "Jangan berbohong, saya tidak akan percaya."

Perempuan itu berdecak. Tangannya terulur kehadapan Nash. "Airis Weigel. Putri sekaligus menantu tetap keluarga Ainsley." Kata Airis dengan dagu terangkat.

Nash menyunggingkan senyum kecilnya kemudian membalas uluran tangan Airis, "Nash Fernandez, kakak Sahara." Ujar Nash kemudian melepaskan tautan tangan mereka.

"Ada perlu apa sama Sahara?"

Airis berdehem kecil, tangannya merogoh sebuah surat dari kantung jaketnya. "Ngomong-ngomong, gimana keadaan Sahara?" Kata Airis balik bertanya.

"Bisa dibilang masih belum ada perkembangan. Dia masih terus terbayang-bayang sosok Angelo. Kepergian Angelo telah menghancurkan kehidupan Sahara dengan begitu dahsyatnya, dan Sahara masih belum bisa menerima kenyataan bahwa Angelo telah tiada." Nash menghela nafas panjang. Entah kapan Sahara akan kembali seperti semula, mereka semua sudah rindu senyumnya yang secerah mentari pagi.

Winter for Sahara | Lee Jeno [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang