Bagian Delapan belas || Permintaan maaf Ansello

37 10 0
                                    

Happy Reading

Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Angelo)

Chapter 18


"YEAY!" Pekik Sahara setelah Angelo menyelesaikan permainan biolanya. Biola pemberiannya terasa tepat berada di tangan Angelo. Kekasihnya itu belajar memahami alat musik dengan cepat. Padahal baru beberapa bulan lalu dia mendengar penuturan Angelo mengenai les biola nya.

Kini Angelo sudah seperti pemain biola handal. Apalagi ketika Angelo tersenyum manis sampai menampakkan mata bulan sabit nya, sungguh Sahara jadi baper sendiri.

"Bagus gak?" Tanya Angelo memastikan kalau Sahara benar-benar menyukai permainan biolanya.

"Bagus banget!" Balasnya ceria. Hanya sekejap, gadis itu kemudian mematikan videonya. Tidak lupa Sahara juga menyimpannya lebih dulu kemudian menatap Angelo lekat lekat.

"Kamu itu lagi sakit, sekarang jangan banyak gerak dulu. Udah, istirahat dulu gih, aku jagain kamu." Titah Sahara seraya menuntun Angelo untuk kembali berbaring di brankar nya lagi.

Aeros menyandarkan tubuhnya pada dinding disamping pintu ruangan inap Angelo. Interaksi adik bungsunya dengan Sahara terasa menyakitkan baginya. Ya, Aeros memang salah karena telah lancang jatuh cinta pada Sahara.

Dulu, Aeros pikir Sahara tidak akan bersama Angelo makanya dia bisa berani melabuhkan hatinya pada Sahara. Namun bukannya menerima, gadis berlesung pipi itu malah lebih dulu luluh pada Angelo dan menjalin hubungan dengan adiknya.

Sakit rasanya ketika orang yang dia cintai malah berakhir bahagia dengan adik kandungnya sendiri. Andai bisa, Aeros ingin mencintai gadis lain selain Sahara, tapi apakah dia bisa?

Selama ini Aeros telah bodoh karena menunggu Sahara datang kepadanya. Padahal kenyataan sudah menunjukkan bahwa Sahara mencintai Angelo begitu besar. Terbukti dari tangisannya ketika Angelo drop. Mereka saling mencintai, dan Aeros sudah kalah sejak lama.

Aeros mengepalkan kedua tangannya erat. Berusaha menahan rasa sedih dan ingin memilikinya. Aeros tetap tidak boleh menghancurkan kebahagiaan Angelo. Kebahagiaan si bungsu harus sempurna, Angelo harus terus mendapatkan yang terbaik.

Melangkah pergi dari sana Aeros berpapasan dengan Airis. Keningnya mengerut kala mendapati kedua mata Airis bengkak.

Aeros mencekal lengan Airis pelan. Raut wajah Airis begitu dingin dan tidak bersahabat. "Lo ... Gak apa-apa?" Tanya Aeros ragu-ragu.

Airis menepis tangan Aeros. "Apa peduli lo?!" Sarkas Airis membuat Aeros menghela nafas. Perempuan itu terlalu sulit ditebak bahkan setelah bertahun-tahun mereka saling mengenalpun Airis masih sama misterius nya seperti dahulu.

"Gue peduli, Ris! Kenapa lo gak tau itu?! Gak cuma Ares, Jelo atau Lean yang peduli sama lo! Gue juga peduli!" Ujar Aeros menggebu. Dia merasa kesal karena Airis seolah-olah tidak menganggap kehadirannya. Mungkin Airis sering menyebut namanya, namun nyatanya hubungan mereka tidak sebaik hubungan Airis dengan kedua adik serta kakaknya.

Winter for Sahara | Lee Jeno [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang