Bagian Sembilan belas || Dewa Cinta dan Salvador

31 9 0
                                    

Happy Reading

(Sahara Dementria Kirana)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Sahara Dementria Kirana)

Chapter 19

Antares menepuk pundak Ansello dua kali. Dia sebagai kakak pertama merasa bangga karena Ansello sudah mau mengucapkan kata maaf yang sedari dulu seolah menjadi kata keramat bagi Ansello.

Tadi ketika Antares dan Aeros baru masuk, mereka dikejutkan dengan teriakan melengking Angelo yang sedang di piting oleh Ansello. Wajah jahil Angelo dan wajah kesal Ansello sudah menjadi jawaban bagi mereka berdua kalau si bungsu sedang membangunkan singa galak keluarga Ainsley a.k.a Ansello Leander.

"Lumayan lah, pencapaian yang bagus Le." Ujar Aeros sambil mengemil ciki yang dibawanya. Kakinya bertopang di atas meja, sudah seperti majikan di kamar inap Angelo.

Antares menendang kaki Aeros sedikit keras sampai sang adik mengaduh kesakitan. Dengan wajah datar Antares duduk disamping Aeros sambil memainkan handphonenya.

Angelo mengangkat bahunya acuh, "Ra? Tolong ambilin obat yang ada di laci paling atas dong." Pinta Angelo yang disetujui Sahara. Gadis itu memberikan botol obat Angelo.

"Udah waktunya minum obat?" Tanya Sahara yang dibalas gumaman Angelo. Laki-laki berambut hitam itu menatap obat-obatan nya yang bertambah semakin banyak dari biasanya. Dan sepertinya dokter Melvin telah menambah dosis obatnya.

Bukannya meminum obat, Angelo malah menatap Sahara lekat lekat. Ada sebuah perasaan takut ketika setiap akan minum obat. Takut ketika umurnya tidak lagi panjang dan meninggalkan Sahara sendirian di dunia ini. Apalagi mengingat Yasmine sedang menjauh, Sagara yang sedang di luar negeri untuk waktu yang lama, Nash dan Prince yang mulai sibuk, rasanya Angelo sakit hati mengingat Sahara akan sendirian di dunia ini jika dirinya meninggal.

Tangan kanannya terulur mengelus rambut Sahara dengan sayang. Mata Angelo memanas, senyuman manisnya sebisa mungkin ia tunjukkan pada Sahara.

Tidak. Sahara tidak boleh melihat dirinya menangis, sebisa mungkin ia menahan air matanya. Tangannya beralih memegang sisi wajah Sahara. Perlahan tapi pasti, ia mendekatkan wajahnya pada Sahara—

Cup

—dan mencium bibir kekasihnya. Bersamaan dengan itu air mata Angelo mengalir begitu saja.

Sahara bisa merasakan air mata Angelo. Namun gadis itu tidak tau apa yang sedang Angelo pikirkan sampai menangis. Laki-laki itu terlihat begitu rapuh sekarang, seperti ada sesuatu yang ditutupi Angelo. Atau mungkinkah ini tentang perkataan Aeros tempo lalu di telepon?

Angelo menjauhkan dirinya dari Sahara, tak lupa ia juga menyeka air matanya. Cengiran lebarnya ia tunjukkan pada Sahara. Sedangkan yang dilakukan Sahara hanya menatap datar Angelo. Dia tidak marah gara-gara dicium, tapi perasaannya mulai campur aduk dengan sikap Angelo yang menurutnya aneh.

Winter for Sahara | Lee Jeno [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang