Bagian Delapan || Lagu untuk peri dua musim

51 12 10
                                    

Happy Reading

Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 8

Angelo melebarkan senyumnya saat melihat Sahara memasuki ruangan inapnya. Ia mengabaikan tatapan bertanya tanya para saudaranya, tapi sedetik kemudian mereka tau apa yang membuat Angelo seceria itu.

Ngomong ngomong, Sahara belum mengunjungi Angelo selama dua hari setelah kejadian hari itu. Selain takut, Sahara juga sedang disibukkan oleh kegiatan kuliahnya. Apalagi banyak sekali deadline tugas yang harus dikumpulkan dua hari kemarin. Tapi Sahara tetap bertukar kabar dan menceritakan alasannya tidak datang pada Angelo. Dan tentu saja Angelo memaklumi itu, Sahara mahasiswa kedokteran, pantas jika sibuk.

Gitar akustik yang sedari tadi menganggur di pangkuannya mulai Angelo petik senarnya seirama dengan lagu yang ia nyanyikan untuk Sahara.

Aku tak tau apa yang lain
Darimu hari ini
Apa itu karena sepatu flatmu?
Atau kukumu
Yang baru kau warnai?

Sahara mengangkat sebelah alisnya saat suara merdu Angelo menyapa Indra pendengarannya. Kakinya melangkah mendekat ke arah brankar Angelo.

Pernahkah kau bertanya
Seperti apa bentuk air tanpa wadah?
Pernahkah kau mengira
Seperti apa bentuk cinta?

Sahara tersenyum kecil. Dia mulai mengerti ke arah mana maksud Angelo.

Rambut warna warni bagai gulali
Imut lucu walau tak terlalu tinggi
Pipi chubby dan kulit putih
Senyum manis gigi kelinci

Mana ada! Rambut Sahara tetap berwarna kecoklatan sedikit, tidak berwarna warni.

Imut lucu ya? Hm, Sahara jadi baper.

Membuatku tersadar
Bentuk cinta itu
Ya kamu

Sudah cukup!

Senyuman Sahara sudah tidak bisa ditahan lagi. Pada akhirnya gadis berwajah ke-jutekan itu melebarkan senyumnya saat kedua matanya bertatapan dengan Angelo.

"Gimana?" Tanya Angelo sedikit menggoda Sahara. Kedua alisnya dinaik turunkan.

"Gimana apanya?"

Angelo mencebikkan bibirnya, "Ya, lagunya dong Sahara sayang." Ujar Angelo seraya mencubit pelan kedua pipi Sahara.

Di tiga sudut ruang inap itu, para kakak Angelo mencibir dalam diam. Bisa-bisanya Angelo bersikap seolah tidak terjadi apa-apa saat Sahara datang. Padahal hari itu nyawa Angelo terancam.

"Bagus, kok. Kamu udah makan? Minum obat? Istirahat nya udah cukup? Atau mau makan buah? Biar aku bantu kupasin kalo mau," Angelo memegang kedua pergelangan tangan Sahara saat gadisnya akan membantu mengupas buah-buahan.

Winter for Sahara | Lee Jeno [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang