Bagian Enam belas || Rumah Sakit dan Dandelion

51 11 0
                                    

Now playing : Judika - Sampai Akhir

Happy Reading ❤️

Happy Reading ❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Air mata Sahara luruh begitu saja bersama dengan putusnya sambungan telepon dari Eros. Dadanya bergemuruh hebat, ketakutan berdatangan dalam hatinya sampai tanpa sadar telah menjatuhkan gelas digenggaman nya.

Tanpa pikir panjang ia bergegas mengganti pakaiannya dan membawa  barang penting kedalam tas selempang nya. Tidak peduli jika make up nya luntur sekalipun, ia tetap melajukan mobil merahnya membelah jalanan ibu kota dengan kecepatan tinggi.

Sesekali ia menghapus air matanya yang tidak henti-hentinya mengalir. Pikirannya semakin kalut ketika mengingat perkataan Eros di telepon tadi.

"Angelo masuk rumah sakit sejak dua hari lalu. Kita sengaja gak hubungin lo. Tapi gue rasa elo perlu tau keadaan Angelo."

"Jangan bercanda, kak!"

"Gue gak bercanda, Sahara. Sejak terakhir kali dia pamit, apa semua pesan-pesan lo dia balas? Enggak kan?"

Benar.

Pesan-pesannya tidak dibalas Angelo.

"Itu karena Angelo koma dan belum sadar sampai sekarang. Keadaan jantungnya memburuk, gue harap lo bisa ada disamping Angelo disaat kayak gini. Dia ada di RS Aditama. Kalau lo mau datang."

"Hiks ... Kakak gak bohong kan?"

Di ujung sana Eros mendesah lirih. "Datang aja, Ra. Gue tutup telponnya."

Ckiiittt...

Sahara menginjak pedal rem nya cukup keras. Kepalanya terantuk pada stir mobil sampai menimbulkan lebam keunguan di dahinya. Kekalutannya membawa petaka, lebih baik Sahara istirahat lebih dulu.

Diraihnya polaroid foto dirinya dan Angelo yang sengaja dijadikan gantungan mobil. Sahara masih ingat, foto itu diambil ketika mereka merayakan hari jadi yang ke dua. Dan beberapa hari lagi adalah hari jadi mereka yang ke-tiga tahun. Akankah ditahun ketiga ini hubungan mereka tetap baik-baik saja?

Sahara berharap demikian.

Ia keluar dari mobilnya. Tungkainya melangkah masuk kedalam sebuah toko bunga langganannya dan Angelo. Setelah mendapatkan bunga yang ia inginkan, Sahara kembali ke mobil dan melajukan mobilnya menuju rumah sakit.

Sepanjang perjalanan Sahara terus menangis. Bahkan ketika sampai di rumah sakit pun Sahara berlarian di lorong rumah sakit tanpa menghiraukan tatapan aneh yang menatapnya. Yang ia pikirkan hanyalah Angelo, tak peduli pada bunga yang mungkin rusak gara-gara ia bawa lari-lari sekalipun.

Ceklek!

Tungkai Sahara melemas seketika.

Air matanya mengalir lebih deras ketika matanya menatap sosok Angelo di sana.

Winter for Sahara | Lee Jeno [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang