Happy Reading
***
Sekarang aku tau bahwa kebahagiaan itu tidak akan pernah bertahan lama. Dan setelah semua ini aku tidak akan lagi berusaha mencari bahagia. Karena bahagiaku telah pergi bersama lelaki aku cintai.
***
Bagian 27"Jangan menghindar lagi, Ra."
"Ada yang perlu diluruskan."
Sahara merasa tidak ada lagi yang perlu dihindari. Semua masalah harus diluruskan hari ini juga. Ia tidak ingin berlarut-larut, apalagi sampai Sagara mengetahuinya. Jelas Sahara tidak ingin itu terjadi.
Maka dengan gerakan tenang ia berjalan mendekat ke arah Aeros, laki-laki yang dimaksud Angelo sebagai sang dewa cinta. Di depan gerbang rumah Sagara, Eros berdiri tegak seolah tidak ada seorang pun yang bisa menyingkirkannya dari sana sebelum mencapai tujuannya.
"Bicara di dalam," Kata Sahara berjalan mendahului Eros kedalam rumah.
Barulah setelah duduk saling berhadapan di sofa, ia berdehem. Menyadarkan Eros dari lamunannya. Sahara tidak ingin menebak apa yang sedang menggangu pikiran Eros. Lebih tepatnya berusaha tidak ingin peduli.
"Apa?"
Eros menatap Sahara lekat. Dari matanya Sahara bisa mendapatkan jawaban atas pertanyaan ketika membaca surat Angelo tadi malam. Sorot kekaguman, dan ... Cinta.
Angelo benar. Aeros—kakak kandung tunangannya mencintai Sahara. Tapi, bagaimana mungkin?
Sahara bahkan tidak merasa pernah berinteraksi intens seperti ia dan Angelo, atau terlibat pembicaraan. Keduanya selalu bicara seperlunya. Jika berpapasan pun Sahara belum pernah berusaha untuk sok akrab pada Aeros. Lantas apa yang membuat kakak kandung Angelo itu mencintai dirinya yang jelas-jelas mencintai Angelo setengah mati?
"Gue udah denger apa yang Angelo tulis di surat lo dari Iris."
Sahara menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa. Matanya terpejam sesaat dikala tahu maksud kedatangan Eros.
"Seperti permintaan terakhir Angelo. Gue ingin kita berusaha untuk dekat, setidaknya sebagai teman biasa aja dulu. Gue gak mau terburu-buru, karena—"
"—Kakak tahu aku sangat mencintai Angelo?"
Eros terdiam ketika Sahara memotong perkataannya dengan sebuah pertanyaan baru yang sedikit menggores hati Eros. Dengan perasaan tak karuan laki-laki itu menjawab, "Iya."
"Lantas kenapa kakak ingin mengisi kekosongan Angelo? Aku enggak memintanya. Karena sampai kapanpun Angelo enggak terganti. Sekalipun itu kakak, atau Lean—maksud aku Ansello."
"Lalu jika itu karena permintaan terakhir Angelo aku kurang setuju. Kepergian dia belum lama. Dan aku sendiri masih terasa enggan menerima kalau tunangan aku, orang yang selalu aku jadikan tempat bersandar kini telah pergi untuk selamanya."
Sahara menegakkan tubuhnya, kedua tangannya bertautan di atas paha. "Menerima seseorang itu sulit bagi aku kak. Apalagi aku tipe orang yang akan menyusahkan juga bergantung pada seseorang yang aku anggap layak sebagai salah satu pondasi hidup aku. Belakangan ini semua orang pergi menjauh, aku jadi ragu untuk sekedar menaruh percaya pada seseorang. Itu termasuk kakak." Ungkap Sahara.
Eros tersenyum kecil. Sahara ternyata masih sama. Andai Angelo masih hidup, adik bungsunya itu pasti bangga pada tunangannya yang sayangnya Eros cintai dengan lancang. Tanpa permisi, bahkan berniat memisahkan keduanya pula hanya karena rasa iri semata.
Eros pasti akan merasa menyesal jika dulu berhasil memisahkan Angelo dan Sahara. Sayangnya ketika itu Melody berhasil memukul kepalanya keras-keras sampai Eros sadar bahwa rencananya itu tidaklah baik bagi banyak pihak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter for Sahara | Lee Jeno [Selesai]
General Fiction[TRIOLOGI BAGIAN 2] "Untukmu malaikat tanpa sayap yang kucintai sampai akhir." ••• Dimata Sahara, Angelo itu sempurna dengan caranya sendiri. Tidak terkesan dibuat-buat atau dilebih-lebihkan. Kesederhanaan Angelo dalam menunjukkan perasaannya membua...