Part 1

81 41 18
                                    

Sebuah kilauan cahaya kamera berkedip beberapa kali untuk mengambil gambar dari sebuah kecelakan untuk dijadikan bukti agar dapat diselidiki penyebab kecelakaan yang naas ini. Terlihat beberapa orang mengerumuni sebuah mobil yang telah hancur tak berbentuk di sebuah persimpangan jalan.

Para polisi sedang sibuk melakukan penyelidikan dan sedang mengintrograsi beberapa saksi yang meilhat kejadian menyedihkan tersebut. Korban dari kecelakaan tersebut telah dilarikan ke rumah sakit terdekat.

"Berita terkini, terjadi kecelakaan di jalan xxx, terdapat korban jiwa yang belum diketahui identitasnya dan...."

Zep!

Seorang lelaki separuh baya menutup tv setelah melihat berita tersebut tanpa ekspresi dan menyuruput kopi di tangannya sambil memandangi kota dari kaca jendela di ruangannya.

Tak menunggu lama, terdengar suara ketukan pintu dan muncul seorang pria muda dengan pakaian biru tua rapi dengan rompi hitam tipis memberi hormat kecil kepadanya.

"Siapkan mobil, kita akan mengunjungi teman lamaku." Pria itu berkata lalu menyuruput kopinya, lagi.

"Baik, tuan." Pria muda itu membungkuk lalu pergi meninggalkan tuannya.

***

Tiga bulan kemudian

Levina memandang kosong foto orang tua nya di sebuah rumah abu yang menyimpan sisa kremasi almarhum orang tua nya. Sudah empat jam ia berdiri di sana dan hanya memandangi foto tanpa mengatakan apapun.

Setelah tiga bulan ia berada di sebuah rumah sakit dan mendapatkan perawatan. Meski ia sudah baik-baik saja setelah beberapa hari tapi ia tetap tinggal di sana guna menghindari para wartawan yang sedang mencoba mencarinya.

Ayah Levina seorang penguasaha kaya raya yang memiliki aset di beberapa negara juga merupakan orang yang berada di kota ini. Tidak ada yang tidak mengenali konglomerat sukses di manca negara. Selama tiga bulan terakhir, berita tentang keluarganya terus ada sampai keberadaan dirinya juga dipertanyakan.

Levina memakai jaket hitam dan menutupi kepalanya juga memakai masker putih agar orang-orang tidak mengenalinya. Levina tidak percaya awalnya ia hanya ingin pergi liburan yang berakhir dengan tragis sampai merenggut nyawa. Ia tak bisa menahan kesedihan juga merasa bersalah karena kepergian orang tua nya.

Meskipun Levina adalah putri konglomerat tapi dirinya sama sekali tidak terkenal karena ia jarang sekali muncul di sosmed. Ia bahkan tidak pergi sekolah dan hanya mengikuti program homeschooling. Ia sangat menikmati program itu, di mana ia bisa bertemu dengan teman-teman selevel dirinya secara online. Tak jarang, mereka juga hangout bersama di mall dan kadang berlibur ke luar negeri bersama.

Semenjak foto Levina menjadi tersebar luas dan followersnya di sosmed meningkat drastis. Juga notifikasi akan komentar yang terus menanyakan keberadaannya juga kabar membuat Levina muak.

Begitu juga dengan teman-temannya menghubungi dan menanyakan kabar dirinya tetapi tak ada satu pun yang ia balas. Bahkan, ia sampai mencabut sim-card hp. Levina menjadi lebih banyak melamun dan napsu makannya pun turun drastis. Sekarang, ia hanya makan sekali sehari saja.

Levina hanya merasa mereka semua tidak ada yang benar-benar simpati padanya. Mereka hanya kepo dengan kondisinya, satu-satunya sahabat yang ia harap mengabari dirinya juga tidak mengirimkan pesan apapun membuat Levina semakin terpuruk.

"Maaf ..."

Levina pergi dari rumah abu itu melalui lift menuju basement. Saat ia keluar tiba-tiba tangannya ditarik oleh seorang wanita cantik dengan rambut hitam panjangnya lurus yang digerainya begitu saja.

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang