4

42 30 6
                                    

Gadis yang telah kita kenal selesai keluar dari kamar mandi dengan cepat ia mengambil ranselnya dan hendak keluar dari kamar.

"Mau ke mana?" tanya Clara yang baru saja bangun dan masih berbaring manja di ranjangnya.

"Mau ke rumah temen dulu, dah!"

Levina pun menaiki taksi dan menuju ke komplek perumahan Illona. Sesampainya di sana ia langsung turun setelah membayar supir taksi itu. Levina mengamati sekitar perumahan itu, sudah lama sekali ia tidak berkunjung ke sini dan rasanya masih sama dengan terakhir kali ia ingat.

Levina berjalan ke arah rumah Illona sembari melihat sekitar, tak banyak berubah. Langkah kakinya berhenti kala melihat nomor rumah yang akan ditujunya.

Namun, rumah besar yang terlihat kosong bahkan satpam di rumah itu juga tak terlihat. Membuat Levina bingung ia kemudian melihat lebih teliti ternyata ada sebuah papan bertuliskan 'Rumah ini dijual'.

"Dijual? Kok Illona gak bilang sama aku?" tanyanya.

Levina membalikkan badannya dan dengan raut wajah yang masih bingung dan terlihat sedang berpikir mencoba untuk mencari jalan. Kali ini ia benar-benar kehilangan dan tidak tahu harus berbuat apa.

Tak jauh dari sana, Levina melihat seseorang yang sepertinya ia kenal sedang mengamatinya dan saat menyadari ia sedang ditatap. Orang itu segera berlari dan pergi meninggalkan tempat itu.

Melihat itu, rasa curiga memuncak dalam diri Levina dan secepat yang ia bisa mengejar pria itu.

"Hey, kamu! Tunggu! Jangan lari!" teriak Levina sambil berlari mengejar pria itu.

Pria itu tanpa menoleh ke belakang dan terus berlari, kaki panjangnya membuatnya mudah kabur dari Levina yang tertinggal jauh di belakangnya.

Melihat pria itu mengambil jalur kiri dan berbelok, Levina berhenti dan tersenyum.

"Orang mencurigakan kamu pikir bisa lari dariku?" guman Levina dengan senyum licik di wajahnya.

Ia segera mengambil sepeda dari tempat sewa sepeda dan menaikinya. Pemilik tempat sepeda itu segera keluar dan mengejar Levina.

"Hey, bayar dulu!" teriak pemilik wanita itu.

"Nanti aku balikin!" seru Levina.

Levina memutar balik dan mengambil jalan pintas. Jalan di perumahan komplek ini sudah dihapalnya dengan sangat baik sejak dulu. Levina tahu ke arah mana pria itu akan berlari dan berakhir di jalan buntu.

Tiba di sebuah lorong buntu, Levina dapat melihat pria itu sedang kesulitan berusaha untuk menaiki tembok yang ada. Kemudian ia loncat dari sepeda dan berjalan mendekati pria itu.

"Berhenti!"

Pria itu berhenti dan berbalik, melepaskan hoddienya, dan menatap Levina dengan intens.

Melihat wajah pria itu, Levina membelalakkan matanya. Tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Rafael?" K-kamu ngapain di sini?" tanya Levina mengerjapkan matanya.

"Bukan urusanmu!"

Levina menghela napasnya dan mendekati Rafael. Berjalan memutar mengelilingi Rafael sembari mengamati pakaiannya.

"Hmm, keren juga kau pakai ginian," puji Levina sambil menepuk pundak Rafael.

"Well, kau berada di dekat rumah temanku. Tidak, lebih tepatnya di seberangnya. Kau kenal Illona?"

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang