"Bagaimana bisa orang baik seperti mereka harus mati dengan mengenaskan?" tanya Levina dengan mata berkaca-kaca dengan tisu di tangannya.
Rafael menatap perempuan di depannya dengan lekat dan berkata, "Kita tidak pernah tahu kapan kematian itu datang, Lev."
"Aku kembali ke sini karena sudah menamatkan studiku di luar negeri di usiaku yang masih belia. Lagi, aku ingin berterima kasih pada mereka tapi sayangnya yang aku ketemu bukanlah sosok mereka melainkan abu," jelas Rafael dengan suara serak.
Arah mata Levina perlahan naik dan bertemu dengan mata cokelat tua milik Rafael. Ia menengadah ke atas dan menarik napas dalam lalu menghembuskannya beberapa kali. Menyeka air matanya dengan kasar lalu kembali menatap Rafael.
"Maafin aku Raf ..."
"Ini bukan salahmu ..."
"Kau dan Defa, dua orang yang aku kenal yang menerima jasa mereka berdua. Aku sebagai putri mereka bagaimana bisa tidak mengetahuinya dan aku harus apa?" tanya Levina dengan hidung yang memerah juga mata yang berkaca-kaca.
"Tidak ada yang harus kau lakukan untuk kita, Lev. Kau hanya perlu menguak kebenaran di balik kecelakaan itu saja." Rafael menyodorkan tisu dari atas meja yang diterima dengan baik oleh Levina.
Setelah Levina mengeluarkan kotoran dari hidungnya akibat kebanyakkan menangis, ia pun mengambil napas beberapa kali dan menatap Rafael dengan lekat.
"Kau bilang kalian tinggal di villa, kenapa kau tidak kembali ke sana? Juga kenapa kau bisa sekolah di sini?" tanya Levina merasa ada yang janggal dengan penjelasan laki-laki di depannya ini.
"Aku tidak bisa kembali ke villa karena saat aku pulang ke sana, orang-orang keluarga Anderson sedang mengacak-acak villa itu. Aku tidak tahu apa yang mereka cari, maka dari itu aku mendaftar ke sekolah itu untuk mencari tahu apa tujuan mereka." Tubuh Rafael mendekati meja sebelum ia melanjutkan penjelasannya.
"Yang aku tahu Clara ada hubungannya dengan mereka, juga kenapa aku berada di depan rumah Illona waktu itu. Sebenarnya aku mengikutimu karena aku tahu ibu Larisa memiliki seorang putri yang tak pernah kutemui."
"Lalu, kenapa kau menyuntikku dan bagaimana dengan Pak Ben?" tanya Levina tidak sabar.
"Aku menyuntikmu karena kau ketakutan juga supaya tidak menimbulkan keributan. Maksudmu yang membunuh Pak Ben?"
Levina mengangguk.
Rafael menjauhkan tubuhnya dari meja dan bersandar pada kursinya lalu menggeleng. Ia kemudian mengambil tas ranselnya dan mengambil sebuah kotak dan menyodorkannya pada Levina.
"Jika kau tak percaya padaku, ambillah kotak ini dan baca di rumah."
Setelah itu, Rafael berdiri dan meninggalkan Levina yang masih terduduk menatap kotak itu. Tangannya bergerak meraih kotak itu kemudian menyimpannya ke dalam tas. Lalu, mengejar Rafael yang tak jauh dari café.
"Rafa! Tunggu!" teriak Levina sambil lari mengejar Rafael.
Rafael berhenti mendengar teriakkan Levina dan berbalik, Levina menggenggam lengannya dengan napas yang terengah-engah.
"Hah ... hah ... Aku percaya padamu. Kau tetap mau membantuku kan?"
"Mau kau percaya atau tidak, aku tetap akan memecahkan kasus ini. Kau tahu betapa pentingnya Bu Larisa bagiku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion
Mystery / Thriller[Drama-Misteri] Levina Tiara Maghency, seorang gadis rupawan, putri seorang konglomerat harus kehilangan kedua orang tua nya pada sebuah kecelakaan yang menimpa keluarganya. Hal itu membuatnya harus mengganti identitas dan bersembunyi guna mencari t...