26

15 12 0
                                    

Illona berjalan dengan anggun tapi memiliki kesan tegas memasuki rumah Clara disusul Defa di belakangnya. Beberapa pelayan di rumah itu melihat kehadirannya hanya bisa menunduk dan menjauh setelah memberikan salam padanya.

Illona hanya melirik mereka sebentar kemudian berlalu begitu saja dan menaiki tangga menuju ruangan pamannya—ayah Clara. Ia membuka pintu itu dengan kasar dan melihat seorang pria dengan setelan baju kantornya memunggungi dirinya.

"Aku tidak tahu kalau kau sampai tidak memiliki sopan santun seperti ini?" tanya pria itu tanpa membalikkan badannya.

"Apa kau tahu apa yang sedang kau lakukan?" tanya Illona berjalan mendekati pria itu.

Pria itu lantas berbalik, "Aku tahu, tapi aku sudah tidak bisa memperbaikinya."

"Masih belum terlambat."

"Tidak Lona, kau tidak mengerti." Pria itu menjeda. "Apa jadinya jika aku sampai melakukannya, bagaimana dengan perasaan Clara?"

Illona membuang mukanya memberi kesan mengejek, "Sekarang kau baru mau memikirkan perasaan Clara? Ke mana saja hati nuranimu selama ini, huh?"

Pria itu menatap Illona dengan seduh.

"Aku tidak bisa meninggalkan Clara sendirian Lona ..."

"Ehahahahaha!"

Pria itu terkejut melihat Illona tiba-tiba tertawa terbahak-bahak. Ia memincingkan matanya melihat keanehan keponakannya itu.

"Apa kau tahu putrimu itu sudah disiksa olehnya, dia sama sekali tidak memegang janji."

"Apa?"

Pria itu langsung keluar dari ruangannya dan meninggalkan Illona dengan Defa yang menunggu di luar ruangan. Defa melihat pria itu lari dengan terburu-buru, langsung masuk ke dalam ruangan dan melihat Illona yang dengan santai duduk di kursi milik pria itu.

"Apa yang kau rencanakan?"

Illona melihat Defa kemudian berdiri dan mendekatinya, memajukan badannya sampai wajah mereka hanya menyisakan beberapa senti. Defa menahan napasnya saat jari-jemari Illona merayap ke wajahnya lalu turun ke dadanya.

Illona mendekatkan wajahnya ke telinga Defa.

"Kau mau tahu apa yang aku rencanakan? Menghancurkan Levina," kata Illona kemudian tersenyum dan berjalan meninggalkan Defa yang diam terpaku.

Setelah terdiam cukup lama, Defa langsung keluar dari rumah Clara dan menaiki taksi yang sudah ia panggil. Dari atas sebuah Illona membuka tirai jendela dan melihat kepergian Defa lalu tersenyum miring dan meresapi teh di tangannya.

Ia berbalik dan melihat seorang perempuan duduk di sofa yang juga sedang menatapnya balik. Perempuan itu berdehem pelan saat Illona mendekatinya.

"Aku tidak terkejut jika orang sepertimu bisa mengkhianati ponakanmu sendiri," ujar Illona seraya berjalan mendekati sebuah lemari.

Dibukanya lemari itu dan mengambil sebuah map yang isinya berupa berkas dan dilemparnya ke atas meja di depan sofa itu.

"Aku tidak tahu bahwa Levina bisa sebodoh ini, mengoyak surat yang jelas-jelas masih bisa dibuat lagi. Cepatlah tandatangani, ini yang kau inginkan, bukan?"

Larita mengambil berkas itu dan langsung menandatanginya lalu memberikannya pada Illona. Illona menerimanya, mengeceknya, dan menaruhnya di meja tak jauh dari tempat ia berdiri.

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang