12

27 18 3
                                    

"Ra, gak kenapa-napa kan?" tanya Levina saat mereka sedang berjalan meunju kamar mereka.

"Gak, kok! Untung aja, lantai kita gak kena ya ... tapi itu cukup banyak juga kerusakannya."

Levina mengangguk setuju. Clara mengeluarkan kartu kamarnya lalu membuka pintu dan mereka pun masuk dan segera berbaring di kasur masing-masing.

"Aku gak nyangka bisa kebakaran gitu," guman Levina dengan mata yang memandang langitu-langit kamar.

"Katanya korslet, tapi aku rasa bukan ..." Clara memindah posisi dari terbaring menjadi terduduk. "Aku melihat orang itu tadi dan sempat kejar juga tapi aku lost."

Levina langsung menoleh pada Clara dengan kedua alis terangkat.

"Serius?"

Clara menganggukkan kepalanya dan memeluk kedua lututnya dan terbengong, sepertinya sedang memikirkan sesuatu. Begitu juga dengan Levina yang kembali menatap langit-langit dan menghela napas.

"Ngomong-ngomong, kau tadi habis dari mana?" tanya Clara penasaran.

Levina terdiam beberapa saat, kemudian duduk dan berhadapan dengan Clara lalu menatap gadis di depannya dengan dalam. Clara yang melihat aksi Levina segera merasa ada yang aneh dan memundurkan badannya.

"Ra, apa kau mau bantu aku?" tanya Levina membuat Clara mengangkat satu alisnya.

"Bantu apa?"

"Apa kau tahu siapa aku sebenarnya?"

Clara menggeleng pelan dan menunggu penjelasan Levina. Levina menunduk lalu menarik napas dalam dan menghembuskannya. Sesaat, ia berusaha meyakinkan dirinya bahwa pilihan yang ia ambil sekarang adalah pilihan yang tepat dan ia bisa mempercayai Clara.

"Aku adalah Levina Tiara Maghency, ya benar keluarga terjadi kecelakaan waktu itu. Aku ..." belum sempat Levina menyelesaikan perkataannya, Clara sudah memotongnya.

"Kau ingin aku bantu menguak kecelakaan itu? Kau sama saja dengan Rafael. Aku gak tahu apa hubungan Rafael denganmu, tapi aku sudah berjanji dengan Rafael akan membantunya," terang Clara kemudian meluruskan kakinya.

Levina mengerjap, "begitu ya ..."

Levina mengeluarkan ponselnya dan membuka galeri foto yang mana berisi foto data dirinya yang diambil dari ruang kepala sekolah, kemudian ia memperlihatkannya pada Clara. Clara menerimanya dengan tangan kanannya.

"Ini apa?"

"Jadi, itu aku ambil dari ruang kepala sekolah, seharusnya data diri aku itu bukan nama asli tapi ternyata gak seperti itu. Aku jadi curiga ..."

"Kita harus bahas ini sama Rafael dan Def ... apa kau berniat memberitahu Defa?" tanya Clara sambil mengembalikan ponsel Levina.

"Defa ya ... kayaknya boleh aja, intinya kita jaga rahasia ini untuk kita berempat, ya?" Levina akhirnya bisa sedikit lega, setidaknya ia tidak sendirian sekarang.

Clara mengangguk kemudian masuk ke dalam kamar mandi dan menggosok giginya, tak lama setelah itu ia keluar dan bergantian dengan Levina. Setidaknya, untuk malam ini Levina bisa tidur lebih nyenyak.

Meski demikian, tidak akan ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Baik maupun buruk, orang yang kita temui sehari-hari entah mereka memakai topeng atau tidak. Levina hanya berharap bahwa semuanya bisa baik-baik saja dan ia bisa segera menyelesaikan ini semua.

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang