24

14 11 0
                                    

Rafael mengambil sebuah kamera yang berada di tasnya dan melihat foto-foto yang sudah ia ambil. Perlahan bibirnya melengkung ke atas seraya memperhatikan orang yang berada di foto tersebut.

"Cantik."

Tanpa sepengetahuan teman-temannya terutama Levina, Rafael sering diam-diam mengambil foto Levina. Entah apa yang dipikirannya, awalnya ia sedang memotret bunga-bunga di taman. Yang mana tak sengaja malah memotret Levina yang sedang berjalan menuju taman.

Alhasil, sejak saat itu ia sering membidiknya dan melihat hasil-hasilnya. Rafael juga tidak mengerti mengapa ia mau melakukan itu. Yang jelas, ia mulai penasaran dengan gadis itu.

Sudah sekitar puluhan menit ia tunggu di dalam mobil. Sebuah ketukan dari kaca jendela membuyarkan fantasinya. Dengan cepat Rafael menyimpan kameranya ke dalam tas dan menaruhnya di jok belakang. Lalu membuka pintu untuk Levina.

"Sudah selesai?" tanya Rafael pada Levina yang sepertinya sedang dilanda amarah.

"Iya."

Rafael terdiam saat Levina hanya menjawabnya dengan singkat. Mungkin ini bukan waktunya untuk bertanya padanya apa yang terjadi di dalam café tersebut. Ia lalu menyalakan dan hendak menjalankan mobilnya. Matanya menangkap sesosok gadis yang ia kenal masuk ke dalam sebuah mobil.

"Itu Clara?" tanya Levina yang ternyata juga melihat orang yang sama dengan Rafael.

Dalam diam, Rafael segera menancapkan gas dan mengikuti mobil itu. Kala mobil itu berhenti di sebuah villa, Rafael dan levina sempat saling pandang karena sama sekali tidak mengetahui tentang villa itu. Mereka akhirnya memarkirkan mobil itu sedikit lebih jauh agar tidak ketahuan.

Clara keluar dari mobil itu dan berjalan masuk ke dalam villa. Namun, nampaknya Clara juga sedang dilanda emosi, itu terlihat saat ia membanting pintu depan villa itu. Levina menggigit bibir bawahnya dan memegang sabuk pengaman dengan erat.

"Raf, apa yang harus kita lakuakn? Kita gak tahu apa yang ada di dalam villa itu."

Rafael menautkan jari-jemarinya di atas stir mobil dan nampaknya sedang berpikir dengan keras.

"Kita tunggu saja, jika kelamaan mungkin kita akan mencoba untuk masuk?" Rafael menyarankan dan dibalas anggukan oleh Levina.

Tak lama kemudian, sebuah mobil muncul dan parkir di depan villa itu. Lalu, dua orang pria dengan pakaian serba hitam keluar dari mobil itu. Salah satu dari mereka membuka pintu penumpang dan muncul seorang pria dengan pakaian formalnya. Ia merapikan jasnya lalu berjalan masuk ke dalam villa.

Levina membelalakan matanya saat ia melihat siapa orang yang keluar dari mobil. Ia bahkan hampir tidak bisa mengeluarkan kata-kata.

"I-itu ... a-ayah I-illona ..." ucap Levina terbata-bata.

"Ada hubungan apa ayah Illona dengan Clara?" Pandangan Levina masih tak lepas dari mobil yang ada di depan villa tersebut. Sedangkan rafael terdiam seribu bahasa.

"Ayah Clara punya hubungan dengan mereka, itu yang aku tahu. Tapi tidak tahu secara detailnya. Waktu itu aku sempat masuk ke dalam ruang kerja ayah Clara dan di situ kebetulan ayahnya masuk dan mengatakan sesuatu yang sangat mencurigakan," jelas Rafael membuat Levina langsunng menoleh padanya.

"Apa?"

"Semacam mengamankan kasus itu ... Itu sebabnya aku bilang Clara juga ada hubungannya dengan semua ini."

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang