3

54 34 16
                                    

Seorang gadis mengikat rambutnya menjadi ekor kuda dengan menenteng tas ranselnya di sebelah kanan. Di sampingnya berjalan beriringan dengan seorang gadis yang memakai topi ke mana-mana dengan beberapa buku tipis di tangan kirinya.

"Jadi, apa yang membuatmu tiba-tiba sekolah di sini? Kau tahu ini sudah telat ajaran," tanya Clara penasaran.

"Ada sesuatu mendesak yang akhirnya aku harus sekolah di sini," jelas Levina.

Clara mangut-mangut kemudian berbelok dan berhenti di sebuah pintu yang memiliki sebuah papan bertuliskan 'Matematika'. Levina yang mengikutinya pun ikut berhenti.

"Kita sudah sampai." Clara mendorong pintu itu dan masuk ke dalam kelas itu diikuti oleh Levina dibelakangnya.

Clara langsung mengambil tempat duduk yang dekat dengan pintu, semua meja dan kursi terpisah sehingga tidak duduk berbarengan seperti di sekolah-sekolah lainnya. Mungkin lebih seperti kuliahan.

Levina dapat melihat beberapa orang sudah menempati hampir sebagian tempat duduk. Ada yang membaca buku, tertidur, dan saling berbincang. Ada satu hal yang Levina sadari mereka semua tidak ada yang menggunakan ponsel.

Levina melihat ada satu kuris kosong di belakang Clara dan mencoba untuk duduk di sana. Tapi, tiba-tiba seorang pria datang melewati Levina dan menatapnya dengan tatapan cuek.

"Maaf, ini tempatku." Pria itu langsung duduk di kursi itu dan mengeluarkan buku-bukunya dari laci.

Levina mencibir dan mengambil tempat di samping pria itu yang kebetulan kosong. Tak menunggu lama, seorang pria dengan pakaian formal dan rapi memasuki ruangan. Semua murid tampak langsung diam dan kembali ke meja mereka masing-masing.

"Sepertinya kita kedatangan murid baru, boleh perkenalkan dirimu?" pinta pria itu selaku guru mereka.

Merasa dipanggil Levina berdiri dan berkata, "Hai, semuanya. Aku Tiara Anivel. Bisa panggil aku Tia atau Ra. Aku belum terbiasa dengan sekolah ini, jadi mohon dukungannya dan mungkin kita bisa jadi teman." Levina tersenyum menatap teman sekelasnya.

"Yap, baik cukup. Anak-anak keluarkan bukunya kita mulai, ya ..."

Pria itu menerangkan sebuah konsep pelajaran yang akan diujiankan bulan depan. Levina yang baru pertama kali ikut kelas cukup kaget dengan materi yang diajarkan. Bukan karena ia tidak pernah mempelajarinya melainkan ia sudah lupa dengan materi itu.

Levina seperti perlu waktu untuk mengulang kembali materi-materi yang sempat ia pelajari sebelumnya. Tiba waktunya bel berbunyi, semua orang sibuk merapikan buku pelajaran mereka dan bersiap untuk pergi ke kelas selanjutnya tetapi Bu Monica masuk ke dalam ruangan.

"Permisi sebentar, Tiara juga Rafael bisa ikut saya ke ruangan?"

Levina juga Rafael yang ternyata pria yang duduk di samping Levina menghentikan aktivitasnya dan menatap satu sama lain sekian detik.

"Baik, Bu!" jawab mereka bersamaan.

Selesai menyimpan buku mereka, mereka pun mengikuti Bu Monica. Sedangkan, Clara acuh tak acuh dan pergi ke kelas berikutnya.

Sesampainya di ruangan Bu Monica, mereka berdua dipersilakan untuk duduk dan Bu Monica menyesapi teh yang diletakkan di meja kerjanya.

"Ada apa, Bu?" tanya Rafael.

"Ah, iya! Rafael ini Tiara yang sempat ibu beri tahu. Dia murid baru karena kamu murid berprestasi di angkatanmu, ibu memilihmu untuk membantu Tiara dalam kelasnya selama sebulan ini. Dia mungkin akan kesulitan mengejar pelajaran yang tertinggal dan ujian tinggal bulan depan."

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang