6

31 27 9
                                    

Alunan nada indah terdengar menyentuh hati dan mengenakkan pendengaran, jari-jari terlihat menari dengan sangatcepat dan lembut menekan tuts-tuts hitam putih itu. Sesekali badan gadis itu bergerak menikmati irama lagu yang ia mainkan.

Sampai pada nada-nada terakhir dan jarinya menekan tuts itu dengan sempurna.

Prok! Prok! Prok!

"Di sini rupanya, aku cari-cari ke mana-mana." Gadis yang selalu memakai topi itu menghampiri gadis itu, siapa lagi kalau bukan Clara.

"Kenapa?"

"Gak! Aku cuma bosan aja!" celutuk Clara. "Mainin Moonlight Sonata, dong!" requestnya.

"Boleh."

Levina kemudian memainkan lagu itu dan mereka berdua terlihat sangat menikmati musik yang dimainkannya.

"Tia, selain piano kamu bisa apa lagi?" tanya gadis itu saat Levina selesai memainkan lagu dari Beethoven.

"Aku bisa biola. Kenapa?"

"Wow! Keren!" puji Clara yang membuat Levina terheran-heran karena tidak biasanya Clara akan bersikap seperti ini.

Clara yang Levina tahu cuek tapi diam-diam menghanyutkan.

"Kamu suka musik? Bisa main instrument?"

"Bisa sih, gitar doang. Lagu-lagu pop lah biasa, hehe."

Levina mangut-mangut dan melihat jam tangan di tangannya yang ternyata sudah sore.

"Siap ini kamu balik kamar? Atau?" tanya Levina pada Clara yang sedang sibuk dengan ponselnya.

"Oh, engga kayaknya aku bakal keluar makan, deh! Ada janji! Dah!" Clara melambaikan tangannya sembari berjalan keluar dari studio musik.

Levina membalas lambaian tangannya dan tersenyum, setelah Clara menghilang dari pandangan Levina mengamati studio itu dan memainkan satu lagu lagi sebelum ia pergi.

Ketika jam kosong di sore seperti ini adalah waktu yang tepat untuk ke studio karena tidak akan ada orang yang bakal ada di sini. Sepi. Itulah yang membuat Levina senang jika berada di studi, meski ia akan mengambil ekskul ini tapi ternyata kelas ini bersifat private.

Yang mana ia hanya akan menyamakan waktunya dengan gurunya secara pribadi sehingga ia tidak akan bertemu dengan banyak orang. Sekolah ini memiliki fasilitas yang cukup unik dan Levina pelan-pelan menyukai sistem di sekolah ini.

Levina berjalan menuju kantin sekolah yang ternyata masih buka sampai malam, karena lapar dan ia malas keluar dari sekolah. Jadi, ia memutuskan untuk membeli cemilan di sana. Kantin tampak sepi tapi tak sampai kosong, Levina mondar-mandir mencari cemilan yang pas untuknya di sore hari yang sejuk ini.

Melihat sebuah lemari es yang terdapat beraneka rasa es krim, ia pun membuka lemari es itu dan mengambil sebuah es krim rasa vanilla choco chip sebagai penambah kenikmatan. Memakan es krim di panas hari memang menyeyangkan, tapi memakannya ketika cuaca sejuk atau dingin tentu memiliki sensasi yang berbeda.

Itulah yang membuat Levina suka memakan es krim tanpa melihat cuaca.

"Itu saja?" tanya ibu penjaga stand kecil itu.

"Iya, ini saja." Levina memberikan uang sesuai dengan harganya lalu duduk di salah satu kursi tersedia dan menikmati es krimnya.

"Hey! Tia!" sahut Defa yang tiba-tiba menghampirinya. Kemunculannya yang tiba-tiba sukses membuat Levina hampir kehilangan jantungnya jika tidak cepat-cepat ia netralkan.

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang